Jumat, 30 September 2022

Rahasia Surat Al-Mulk dan Doa Setelah Membacanya

Surat Al-Mulk (الۡمُلۡكُ) termasuk salah satu surat yang agung dalam Al-Qur'an. Ada beberapa rahasia yang terkandung dalam Surat Al-Mulk perlu diketahui umat muslim. 

Surat ke-67 ini terdiri atas 30 ayat diturunkan sesudah Surat Ath-Thuur. Nama Al-Mulk sendiri diambil dari kata Al-Mulk yang terdapat pada ayat pertama surat ini, yang artinya kerajaan atau kekuasaan. Surat ini dinamai juga dengan "Surat Tabaarak" (Maha Suci).

Imam at-Tirmidzi dan Imam Ahmad mengemukakan, Surat Al-Mulk termasuk surat-surat Al-Qur'an yang biasa dibaca oleh Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam sebelum tidur pada malam hari, karena agungnya kandungan surat tersebut. 

Ketika Rasulullah SAW menjadikan surat ini sebagai amalan sebelum tidur, itu artinya surat ini memiliki keutamaan yang agung. Apa rahasia yang terkandung dalam surat ini?

Coba kita cermati isi Surat Al-Mulk,kandungannya benar-benar dahsyat. Pada ayat pertama Surat Al-Mulk, Allah menegaskan bahwa Dia menguasai segala kerajaan baik di dunia dan kerajaan Akhirat. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Artinya, tidak ada suatu apa pun yang dapat menandingi kekuasaan-Nya dan tidak ada suatu apa pun yang luput dari kekuasaan-Nya itu. Mari perhatikan firman-Nya:

تَبٰرَكَ الَّذِىۡ بِيَدِهِ الۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرُۙ‏

Tabaarakal ladzii biyadihil Mulku wa Huwa 'alaa kulli syai-in qadiir. 

Artinya: "Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Mulk ayat 1)

Inilah salah satu rahasia Surat Al-Mulk yang menunjukkan besarnya keutamaannya. Di ayat selanjutnya Allah menegaskan Dia-lah yang menciptakan mati dan hidup adan menguji manusia siapa yang paling baik amalnya. 

اۨلَّذِىۡ خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَالۡحَيٰوةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ اَيُّكُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَهُوَ الۡعَزِيۡزُ الۡغَفُوۡرُۙ‏

Artinya: "Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun." (QS Al-Mulk ayat 2)

Jika kita tadaburi, ayat kedua Al-Mulk ini mengajarkan manusia tentang hakikat hidup yang sebenarnya. Siapa yang amalnya paling baik maka beruntunglah ia, dan sebaliknya. 

Adapun kandungan pokok dari Surat Al-Mulk meliputi penegasan Allah tentang kekuasaan-Nya atas segala sesuatu, menciptakan mati dan hidup, langit berlapis-lapis, hakikat hidup bagi manusia, ancaman bagi orang-orang kafir, dan janji Allah kepada orang mukmin.

Kabar Gembira untuk Umat Muslim
Dalam berbagai riwayat Hadis, Rasulullah SAW memberi kabar gembira bagi umatnya yang istiqamah membaca Surat Al-Mulk sebelum tidur. Di antaranya dapat memberi syafa'at bagi pembacanya, penghalang dari siksa kubur dan menjadi sebab seseorang dikeluarkan dari neraka. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda:

سُورَةٌ مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً تَشْفَعُ لِصَاحِبِهَا حَتَّى يُغْفَرَ لَهُ {تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ}. وفي رواية: فأخرجته من النار و أدخلته الجنة 

Artinya: "Satu surat dalam Al-Qur'an (terdiri dari) 30 ayat (pada hari Kiamat) akan memberi syafa'at (dengan izin Allah) bagi orang yang selalu membacanya (merenungkan maknanya) sehingga Allah mengampuninya, (yaitu Surat Al-Mulk): "Tabarokalladzi biyadihil-Mulku". Dalam riwayat lain: "Sehingga dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga." (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Al-Hakim)

Dari Abdullah bin Mas'ud berkata: "Siapa membaca Surat Tabarokalladzi biyadihil Mulk setiap malam, maka Allah 'azza wa jalla menghindarkannya dari azab kubur. Dan dahulu kami (para sahabat) di saat Rasulullah (masih hidup) menamainya Al-Mani'ah (penghindar/penghalang). Sungguh surat tersebut ada dalam Kitabullah, barangsiapa membacanya dalam satu malam, maka ia telah banyak berbuat kebaikan." (HR. An-Nasa'i)

Doa Setelah Membaca Surat Al-Mulk 
Membaca Surat Al-Mulk hendaknya ditutup dengan doa-doa yang baik. Setelah membaca Surat Al-Mulk dan mentadaburi maknanya, dianjurkan membaca doa berikut. 

Doa ini diketengahkan dalam Kitab Al-Minahus Saniyah 'ala Al-Washiyah Al-Matbuliyah. Berikut doanya:

اَللّٰهُمَّ اعْصِمْنَا بِالْإِسْلَامِ قاعدا وَرَاقِدًا وَلَاتُشْمِتْ فِيْنَا عَدُوًّا وَّلَاحَاسِدًا ,اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ دَآبَّةٍ اَنْتَ اٰخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا، وَنَسْئَلُكَ الْخَيْرَ الَّذِيْ بِيَدِكَ

Allahumma' shimnaa bil-Islaami Qoo-'idan wa Rooqidan walaa Tusymit Fiinaa 'Aduwwan walaa haasidan. Allahumma Innaa Na'uudzu bika mMin Syarri Kulli Daabbatin Anta Aakhidzun Binaashiyatihaa wa Nas-Alukal Khoirolladzi biyadik. 

Artinya: "Ya Allah, jagalah (lindungilah) kami dengan tetap memeluk Islam, baik ketika duduk dan tidur. Janganlah Engkau bahagiakan hati musuh dan orang yang hasud kepada kami. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon perlindungan kepada-Mu dari kejahatan setiap makhluk. Engkau adalah Dzat yang mengendalikan mereka. Dan kami memohon kepada-Mu kebaikan-kebaikan yang ada pada-Mu."

Wallahu A'lam

Baca Juga: 5 Keutamaan dan Manfaat Membaca Surat Al-Mulk Sebelum Tidur

Kakbah Bergetar dan Berhala Jatuh saat Nabi Muhammad SAW Lahir

Banyak peristiwa aneh terjadi tatkala Nabi Muhammad SAW lahir. Salah satunya adalah peristiwa kakbah bergetar dan berhala jatuh. “Sewaktu aku berada di dekat Kakbah, patung berhala yang ada di dalam Kakbah tiba-tiba jatuh tersungkur dari tempatnya dalam bentuk bersujud kepada Allah. Aku juga mendengar suara dari dinding Kakbah," ujar Abdul Muthalib , kakek Nabi Muhammad SAW, dalam sebuah riwayat.

Fuad Abdurahman dalam bukunya berjudul "Jalan Damai Rasulullah: Risalah Rahmat bagi Semua" mengutip riwayat itu. Abdul Muthalib juga mengatakan, “Nabi terpilih telah lahir yang akan menghancurkan orang-orang kafir, dan membersihkan aku dari beberapa patung berhala, serta memerintahkan untuk menyembah kepada Zat yang Merajai Alam ini.” 

Dalam riwayat lain, Kakbah sempat bergetar tiga hari berturut-turut dan ada suara dari dalam Kakbah: “Katakanlah telah datang kebenaran (Islam) dan tidak akan memulai kebatilan, juga tidak akan mengembalikan kekufuran.” 

Baca jugaKisah Berhala Berbicara Menyampaikan Kebenaran Nabi Muhammad 

Kakbah Pra-Islam
Pada masa pra-Islam, orang Arab mulanya memeluk agama Ibrahim, yakni agama tauhid. Mereka berhaji ke Rumah-Nya, mengagungkan tanah dan bulan-bulan suci-Nya. Dalam perjalanan waktu mereka menyimpang dari ajaran tersebut dan kemudian menyembah banyak tuhan dalam wujud patung.

Dr Abdul Aziz MA dalam bukunya berjudul "Chiefdom Madinah: Kerucut Kekuasaan pada Zaman Awal Islam" menuturkan, selain Hubal ada tiga patung yang paling berpengaruh. Patung itu adalah al-Lit, al-Uzza, dan Manat. Masing-masing patung memiliki bangunan yang mirip kakbah.

Al-Lit adalah berhala yang dipuja kabilah Tsaqif di kota Thaif. Berhala ini juga disembah kabilah Arab lainnya termasuk Quraisy. Berhala ini berupa batu putih persegi yang dibuatkan rumah menyerupai Kakbah di Mekkah.

Di bawah rumahnya ada lubang bernama Qhabqhab, tempat menyimpan barang-barang pemberian untuknya. Seperti orang Mekkah, orang Thaif melakukan tawaf mengelilingi al-Lit, dan hal ini dilakukan pula oleh mereka yang mengimaninya.

Lembah-lembah di sekitarnya, termasuk al-Haram, tanamannya tidak boleh ditebang, sedangkan orang yang masuk ke daerah itu akan aman.

Baca jugaBerhala Mewah Raja Duramsyil Berjatuhan karena Suara Nabi Nuh 

Pelopor Penyembahan Patung
Orang yang dianggap sebagai pelopor pertama penyembahan patung di kalangan orang Arab adalah Amr bin Luhay al-Khuza'i yang pernah berkuasa atas Kakbah di Mekkah.

Suatu ketika Amr menderita sakit, dan seseorang memberi tahu dirinya bahwa penyakit itu akan sembuh bila ia pergi mandi ke tempat pemandian di daerah bernama Balqa di Syria yang kala itu dihuni kaum Amalik. Amr pun pergi ke sana, lalu mandi dan kemudian sehat.

Di sana, Amr menyaksikan penduduk daerah itu menyembah patung, lalu dia meminta dan diberikanlah kepadanya sebuah patung bernama Hubal. Setelah kembali ke Mekkah, ia menegakkan patung itu di Kakbah, dan ia pun membagikan patung-patung lainnya kepada banyak kalangan suku Arab.

Sejak saat itulah penyembahan patung bermula. Berhala Hubal merupakan satu dari 360 patung yang ada di sekitar Kakbah ketika Nabi Muhammad SAW menaklukkan Mekkah dan menghancurkan semua berhala. Berhala Hubal menempati posisi tinggi di kalangan Quraisy, melebihi patung lain.

Amr bin Luhay telah mengubah bangsa Arab yang dikenal sebagai bangsa besar yang punya hubungan darah secara langsung dengan Nabi Ibrahim AS.

Tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim atau biasa kita kenal dengan Al-Millah Al-Hanafiyah yang sudah bertahan ribuan tahun, diusik dengan kehadirannya oleh seorang Amr bin Luhay dan patungnya.

Rasulullah SAW pernah bercerita kepada sahabatnya soal Amr bin Luhay ini. Seperti yang pernah diriwayatkan Sahabat Abi Hurairah :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «رَأَيْتُ عَمْرَو بْنَ عَامِرٍ الخُزَاعِيَّ يَجُرُّ قُصْبَهُ فِي النَّارِ، كَانَ أَوَّلَ مَنْ سَيَّبَ السَّوَائِبَ»

Artinya : “Rasulullah bersabda : Aku melihat ‘Amr bin Amir Al-Khuza’i menyeret ususnya di neraka, ia adalah orang pertama yang membuat aturan unta Sa’ib” (HR Abu Hurairah)

Baca jugaTahukah Anda? Orang yang Pertama Kali Memasang Kiswah Kakbah Ternyata Penyembah Berhala

Kamis, 29 September 2022

kelahiran Nabi Muhammad Saw memberikan contoh buat kita

Di bulan kelahiran Nabi Muhammad, umat Islam sepatutnya bercermin pada sifat Nabi Muhammad yang penuh dengan kasih sayang atau rahmah. Sifat tersebut terlihat di antaranya ketika terjadi peristiwa pembebasan kota Makkah. Dalam fase dakwah Islam di Makkah, Rasulullah saw dan umatnya tidak luput dari ancaman pembunuhan oleh kafir Quraisy. Bahkan tidak sedikit yang mendapat siksa dan meregang nyawa demi mempertahankan akidah Islam dengan menjadi umat Nabi Muhammad.


Melihat kondisi tersebut, Rasulullah bersama para sahabat kepercayaannya diikuti umat Islam Makkah melakukan eksodus besar-besaran (hijrah) ke Kota Yatsrib (Madinah). Berbagai properti, harta benda warisan istri beliau, Khadijah radhiyallahu ‘anha seperti rumah dan tanah ditinggalkan begitu saja di Makkah demi menyelamatkan umat Islam dan misi ajaran besar yang diembannya.

 

Selama di Madinah, Nabi membangun kekuatan umat di samping melakukan gerakan syiar Islam ke kabilah-kabilah atau suku bangsa secara luas hingga ke negeri-negeri lainnya. Langkah strategis ini dilakukan Nabi sambil mengatur cara untuk mengambil kembali Kota Makkah. Akhirnya, terjadilah sejarah Fathu Makkah atau pembebasan Kota Makkah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah bersama kaum Muslimin.


Pasukan Rasulullah penuh dengan kekuatan dalam sejarah Fathu Makkah. Hal ini dipahami betul oleh kafir Quraisy di Makkah yang saat itu di bawah komando Abu Sufyan. Namun, kasih sayang Nabi yang begitu tinggi membuat peristiwa Fathu Makkah terjadi tanpa setetes pun darah yang tertumpah.


Revolusi besar tersebut bukan hanya membebaskan Kota Makkah, tetapi juga membebaskan seluruh kaum kafir untuk masuk ke dalam lindungan Nabi sehingga mereka serta merta masuk Islam.


Dijelaskan Prof Nasaruddin Umar dalam buku Khutbah Imam-imam Besar (2018), di tengah kemenangan Nabi dan kaum Muslimin, ada satu peristiwa ketika Abu Sufyan dan para pembesar Quraisy akhirnya menyerah dan bersedia mengikuti petunjuk Nabi Muhammad. Kemudian Nabi meminta kepada para pimpinan pasukannya untuk menyatakan, al-yaum yaumal marhamah(hari ini hari kasih sayang).


Ada suatu riwayat ketika perang usai, tiba-tiba menyelinap seorang musuh ingin memasuki wilayah kekuasaan prajurit Muslim. Usama ibn Zaid ibn Haritsah yang dikenal sebagai Panglima Angkatan Perang Nabi yang usianya masih muda memergoki dan mengejarnya.


Musuh tersebut terjebak di sebuah tebing dan jurang sehingga tidak ada lagi jalan keluar. Tiba-tiba saja musuh tersebut meneriakkan dua kalimat syahadat di hadapan Usamah. Panglima Perang Nabi tersebut terperanjat. Namun dia dan pasukannya tidak ingin terkecoh dengan strategi musuh tersebut sehingga akhirnya Usamah tetap menghunus pedangnya dan membunuh orang itu.


Salah seorang sahabat yang menyaksikan peristiwa tersebut melaporkan kepada Nabi Muhammad bahwa Usamah sang Panglima Angkatan Perang telah membunuh musuh yang sudah bersyahadat. Mendengar dan menanggapi laporan tersebut, Nabi marah hingga terlihat urat di dahinya begitu jelas melintang.


Usamah dipanggil oleh Nabi Muhammad kemudian ditanya kenapa membunuh orang yang sudah bersyahadat? Usamah menjawab bahwa tindakan musuh tersebut hanya sebuah taktik belaka. Ia membawa senjata yang sewaktu-waktu bisa mencelakakan pasukan Muslim. Ia dibunuh karena diduga syahadatnya palsu.


Mendengar secara seksama alasan Usamah membunuh musuh yang sudah bersyahadat, maka Nabi Muhammad mengeluarkan sabda: Nahnu nahkum bi al-dhawahir, wa Allah yatawalla al-sarair (Kita hanya menghukum apa yang tampak dan Allah yang menghukum apa yang tersimpan di hati orang).


Donasi

Rabu, 28 September 2022

Kisah Abu Jahal Mengklaim Mengetahui Pohon Zaqqum.

Kisah Abu Jahal yang mengklaim mengetahui pohon Zaqqum menarik untuk kita ketahui karena berkaitan dengan firman Allah dalam Al-Qur'an. Seperti diketahui Zaqqum adalah pohon neraka yang sangat panas sebagai hidangan untuk orang-orang musyrik.

Lagi-lagi Abu Jahal dengan kejahilannya mengklaim mengetahui pohon Zaqqum yang merupakan peringatan bagi orang-orang kafir. Abu Jahal memang terkenal akan permusuhannya terhadap Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslim. 

Pemuka kafir Mekkah bernama asli Amr bin Hisyam itu dicatat dalam Al-Qur'an sebagai salah satu ahli neraka. Ia mati terbunuh dalam Perang Badar pada tahun ke-2 Hijriyah. Nasibnya berbeda dengan putranya, Ikrimah radhiyallahu 'anhu yang memeluk Islam dan menjadi seorang syuhada. 

Dalam Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam diceritakan, ketika Allah Ta 'ala menyebutkan tentang pohon Zaqqum, Abu Jahal bin Hisyam justru menanggapinya dengan berkata: "Hai orang-orang Quraisy, apakah kalian mengetahui pohon Zaqqum di mana Muhammad mengancam kalian dengannya?" 

Mereka menjawab: "Tidak tahu." Abu Jahal berkata: "Pohon Zaqqum ialah kurma Yatsrib (Madinah) dalam mentega. Demi Allah, jika kami menemukannya, kami pasti mencabutnya dengan keras." 

Kemudian Allah Ta 'ala menurunkan ayat Al-Qur'an tentang ucapan Abu Jahaltersebut:

إِنَّ شَجَرَةَ الزَّقُّومِ (43) طَعَامُ الأثِيمِ (44) كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ (45) كَغَلْيِ الْحَمِيمِ (46)

Artinya: "Sesungguhnya pohon Zaqqum -itu makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas." (QS Ad-Dukhan: ayat 43-46)

Ibnu Hisyam berkata: "Al-Muhlu artinya apa saja yang engkau lelehkan misalnya tembaga, timah dan lain sebagainya seperti dikatakan kepadaku oleh Abu Ubaidah. Aku diberitahu dari Al-Hasan bin Abu Al-Hasan yang berkata bahwa Abdullah bin Mas'ud adalah petugas Baitul Mai di Kufah pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab. 

Pada suatu hari, Abdullah bin Mas'ud memerintahkannya melelehkan perak, kemudian lelehan perak itu membentuk banyak warna. Beliau berkata: "Apakah ada orang di balik pintu?" Orang-orang menjawab: "Ya, ada." 

"Suruh mereka masuk." Mereka pun masuk, kemudian Abdullah bin Mas'ud berkata: "Sesungguhnya sesuatu yang kalian lihat yang paling mirip dengan al-Muhlu adalah ini." 

Ada yang mengatakan al-Muhlu ialah nanah yang bercampur darah dari tubuh. Juga disampaikan kepadaku bahwa ketika Abu Bakar hendak meninggal dunia, beliau memerintahkan dimandikan dengan dua baju yang biasa dikenakannya dan dikafani dengan kedua baju tersebut. 

Ummul Mukminin Aisyah berkata kepada Abu Bakar. "Ayah, sungguh Allah telah membuatmu kaya. Coba ayah beli baju yang lain!" Abu Bakar berkata: "Sesungguhnya waktu itu hanya sedetik, kemudian berubah menjadi al-Muhlu'."

Allah Ta 'ala juga menurunkan ayat tentang Abu Jahal bin Hisyam. Berikut firman-Nya dalam Surat Al-Isra Ayat 60:

وَاِذۡ قُلۡنَا لَـكَ اِنَّ رَبَّكَ اَحَاطَ بِالنَّاسِ‌ ؕ وَمَا جَعَلۡنَا الرُّءۡيَا الَّتِىۡۤ اَرَيۡنٰكَ اِلَّا فِتۡنَةً لِّلنَّاسِ وَ الشَّجَرَةَ الۡمَلۡعُوۡنَةَ فِى الۡقُرۡاٰنِ‌ ؕ وَنُخَوِّفُهُمۡۙ فَمَا يَزِيۡدُهُمۡ اِلَّا طُغۡيَانًا كَبِيۡرًا

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu, "Sungguh, (ilmu) Tuhanmu meliputi seluruh manusia." Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon yang terkutuk (Zaqqum) dalam Al-Qur'an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka." (Al-Isra Ayat 60)

Begitulah kejahilan Abu Jahal yang kelewat batas menanggapi firman Allah tentang pohon Zaqqum yang terkutuk dalam Al-Qur'an. Semoga kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi kita. 

Wallahu A'lam

Selasa, 27 September 2022

SELAMAT DATANG BULAN ROBIUL AWAL 2022

Marhaban Ya Syahru Rabiul Awal, selamat datang bulan Rabiul Awal. Hari ini kita memasuki bulan kelahiran Nabi Muhammadshollallohu 'alaihi wasallam 2 Rabiul Awal 1444 Hijriyah bertepatan rabu (27/9/2022).

Rabiul Awal (ربیع الأول) dianggap istimewa karena di bulan ini sosok manusia agung pembawa risalah dilahirkan untuk semesta alam. Para ulama memaknai kelahiran Al-Musthofa Sayyidina Muhammad (tanggal 12 Rabiul Awal) sebagai awal diturunkannya berkah dan limpahan rahmat Allah untuk alam semesta. 

Tak heran jika muslim di Indonesia menjadikan bulan ini sebagai bulan kegembiraan. Berbagai hajatan digelar untuk menghidupkan Rabiul Awal, bulan ketiga dalam kalender Hijriyah.

Di antaranya berziarah ke makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Masjid Nabawi Madinah. Selain itu menggelar kajian Sirah Nabawi, pembacaan Kitab Maulid seperti Al-Barzanji, Simtud-Duror, ad-Diba', adh-Dhiyaullami, dan lainnya. Semua kegiatan ini dikemas dalam acara Maulid Nabi. 

Peristiwa di Bulan Rabiul Awal
Disebutkan dalam riwayat Imam Ath-Thabari, Al-Baihaqi, ada beberapa peristiwa bersejarah ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dilahirkan di bulan Rabiul Awal. Di antaranya: 
1. Runtuhnya 14 balkon istana kekaisaran.
2. Padamnya api yang sekian lama disembah kaum Majusi.
3. Hancurnya gereja-gereja di sekitar Danau Saawah setelah airnya menyusut.

Di bulan ini juga diturunkan wahyu pertama kepada Rasulullah berupa ru'ya al-Shodiqoh (mimpi yang benar). Para ulama sepakat bahwa peristiwa turunnya wahyu pertama tepat saat Nabi berusia 40 tahun, dan ini terjadi pada bulan Rabiul Awal.

Anjuran Menghidupkan Sholawat
Bulan Rabiul Awal 1444 H menjadi momen untuk menghidupkan Sholawat Nabi. Setiap muslim hendaknya mengisi bulan ini dengan mempelajari kisah-kisah Nabi melalui Sirah beliau. 

Sebagai bentuk penghormatan kita kepada Baginda Rasulullah, sepantasnya kita memperbanyak Sholawat kepada Beliau. Apalagi Sholawat yang dibaca pada Hari Jumat akan diperlihatkan kepada beliau.

Dari Umamah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

صَلَاةُ أُمَّتِي تُعرَضُ عَلَيَّ فِي كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ؛ فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّي مَنْزِلَةً

"Sholawat dan doa umatku sampai kepadaku pada setiap hari Jumat, orang yang paling banyak bershalawat kepadaku di antara mereka adalah orang yang paling terdekat denganku kedudukannya." (HR. Al-Baihaqi No 5995)

Beliau juga bersabda:

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فِيهِ خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ، وَفِيهِ قُبِضَ، وَفِيهِ النَّفْخَةُ، وَفِيهِ الصَّعْقَةُ، فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ، فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ

"Sesungguhnya di antara hari-hari yang paling utama adalah hari Jumat, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu beliau wafat, pada hari itu juga ditiup (sangkakala) dan pada hari itu juga mereka pingsan. Maka perbanyaklah Shalawat kepadaku karena Sholawat kalian akan disampaikan kepadaku."

Para sahabat pun penasaran, lalu bertanya kepada Rasulullah, "Bagaimana mungkin sholawat kami akan sampai pada engkau, sedangkan engkau telah menjadi tanah?"

Baginda Rasulullah menjawab, "Sesungguhnya Allah mengaharamkan bagi tanah untuk menghancurkan jasad-jasad para Nabi." (HR Ibnu Majah No 1085)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah sebaik-baiknya manusia, dan Jumat sebaik-baiknya hari-hari. Semoga bulan Rabiul Awal ini membawa keberkahan untuk kita semua. Aamiin.

Baca Juga: Berkah Memperingati Maulid Nabi Muhammad Dapat Menolak Bala

DO'A MAU MELAHIRKAN

Selain melakukan kegiatan induksi alami, biasanya agar Moms bisa cepat kontraksi juga dibutuhkan kekuatan spiritual.

Hal ini penting untuk kelancaran lahirnya Si Kecil. Doa agar cepat melahirkan akan membawa pengaruh besar untuk menjaga pikiran tetap optimis.

 agar persalinan lancar dan terhindar dari segala macam bahaya, disarankan ibu hamil untuk membaca:

  • Ayat Kursi
  • Surat Al-A’raf ayat 54
  • Surat Al-Falaq
  • An-Nas

Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab Al-Adzkar An-Nawawiyyah karya Muhyiddin Syaraf An-Nawawi.

Sedangkan, untuk suami dan keluarga-keluarga lain yang sedang menunggu proses melahirkan disarankan untuk membantu agar Moms bisa cepat kontraksi.

Suami dan keluarga bisa berdoa dan membacakan bacaan yang sama seperti di atas, ditambah dengan doa agar cepat melahirkan berikut:

La ilaha illallahul ‘adszimul halim. La ilaha illallahu Rabbul ‘arsyil ‘adzim. La ilaha illallahu Rabbus samawati wal ardu wa Robbul ‘arsyil ‘adzim.

Artinya: Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Agung lagi Bijaksana. Tiada Tuhan selain Allah pemilik ‘Arsy yang Agung. Tiada Tuhan selain Allah pemilik langit dan bumi dan ‘Arsy yang Agung.

(Ustadz Yachya Yusliha)

4 Hikmah Kelahiran Nabi Muhammad pada Hari Senin Bulan Rabiul Awal


4 Hikmah Kelahiran Nabi Muhammad pada Hari Senin Bulan Rabiul Awal

Nabi Muhamad saw lahir pada hari Senin, tanggal 12 bulan Rabiul Awwal. Pilihan kelahiran (maulid) Nabi tersebut jatuh bukan di hari yang dinilai baik dalam Islam. Pun bukan pada bulan yang dinilai mulia dalam Islam.

 

Sebagaimana diketahui bersama, bahwa ada banyak hari yang dimuliakan, seperti malam lailatul qadar, malam nisfu Sya’ban, hari Jumat, atau malam Jumat. Ada juga bulan-bulan yang dimuliakan Allah swt, seperti Ramadhan sebagai bulan turunnya Al-Qur’an, atau bulan-bulan mulia dalam Islam (asyhurul hurum), yaitu Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram.

 

Pilihan maulid Nabi Muhammad saw pada hari Senin di bulan Rabiul Awal tentu memiliki maksud tersendiri dan memiliki berbagai macam hikmah sebagaimana dilansir NU Online dalam tulisan Hikmah di Balik Maulid Hari Senin Rabiul Awwal.

 

Setidaknya, Ibnul Haj Al-Abdari Al-Maliki Al-Fasi, seperti dikutip Jalaluddin As-Suyuthi dalam karyanya Husnul Maqshid fi Amalil Maulid, menyebut empat hikmah di balik kelahiran Nabi Muhammad saw (maulid) pada hari Senin, bulan Rabiul Awwal.

 

Pertama, Allah menciptakan pohon pada hari Senin. Karenanya, Senin mengingatkan pada penciptaan makanan pokok, rezeki, aneka buah, dan ragam kebaikan yang menjadi logistik dan asupan manusia serta menyenangkan hati manusia.

 

Kedua, kata Rabi’ (pada lafadz Rabi'ul Awal) dilihat dari perspektif bahasa berarti musim semi sebagai isyarat dan optimistis. Hal ini sejalan dengan pernyataan Abu Abdirrahman As-Shaqli, bahwa “Setiap orang memiliki ‘nasib’ (baik) dari namanya.”

 

Ketiga, musim semi (Ar-Rabi’) merupakan musim yang paling pas (adil) dan terbaik. Hal ini memberikan penjelasan mengenai syariat Nabi Muhammad saw yang paling adil (paling toleran).

 

Keempat, Allah swt memang ingin memuliakan waktu tersebut dengan kelahiran Nabi Muhammad saw. Seandainya Nabi Muhammad saw dilahirkan pada waktu mulia yang sudah ada, orang bakal mengira kemuliaan Nabi Muhammad saw karena lahir pada waktu atau bulan mulia.

 

Oleh karena itu, umat Islam merayakan maulid Nabi Muhammad saw sebagai bentuk mengungkapkan rasa syukur dan bahagia atas kelahiran manusia paling mulia. Berbagai daerah merayakannya dengan beraneka macam bentuk tradisi dengan keunikannya masing-masing.

Senin, 26 September 2022

Pendidikan anak prioritas utama

Pendidikan anak adalah prioritas utamapara nabi Allah . Selain sebagai penerus dalam berdakwah dan bermuamalah, anak juga bisa menjadi penyebab kebaikan orang tua ketika orangnya sudah meninggal. 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

'Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya (HR, at-Tirmidzi).

Baca juga: Rasulullah Mengingatkan Besarnya Pengaruh Lingkungan Dalam Mendidik Anak 

Memang begitulah syariat Islam. Mendidik anak secara Islami diwajibkan oleh syariat agama ini. Yakni mendidik dengan cara-cara yang baik dan sabar agar mereka mengenal dan mencintai Allah. Mengenalkan kepada anak bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Tuhan yang menciptakannya dan seluruh alam semesta. 

Penting juga mengenalkan dan mencintai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang pada diri beliau terdapat suri tauladan yang mulia, serta agar anak mengenal dan memahami Islam untuk diamalkan. Ajarkanlah Tauhid, yaitu bagaimana mentauhidkan Allah, dan jauhkan serta laranglah anak dari berbuat syirik

Karena itulah maka orang tua memiliki peran yang dominan dalam membangun pondasi dan mencetak generasi. Madrasatul ula (pendidikan pertama) sang anak bukan dari guru di sekolah, melainkan bimbingan orang tuanya. 

Orang tua yang akan mendidik anak-anak dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketegasan Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat. 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

"Perintahkanlah anak-anakmu untuk sholat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah jika enggan melakukan shalat bila telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka. (HR Abu Dawud, dalam Shahîh Sunan Abi Dawud)

Dalam kitab 'Khutabul-Minbariyyah' karya Syaikh Shâlih bin Fauzan al-Fauzan, dijelaskan bahwa keberhasilan pendidikan seorang anak dengan kebaikan dan ketaatannya, memiliki manfaat dan pengaruh yang besar bagi para orang tua baik, ketika masih hidup maupun sesudah meninggal dunia. 

Ketika orang tua masih hidup, sang anak akan menjadi hiburan, kebahagiaan dan qurrata-a’y‎un (penyejuk hati). Dan ketika orang tua sudah meninggal dunia, maka anak-anak yang shalih senantiasa akan mendoakan, beristighfar dan bersadaqah untuk orang tua mereka.

Sebaliknya, betapa malang orang tua yang anaknya tidak shalih dan ia durhaka. Anak yang durhaka tidak bisa memberi manfaat kepada orang tuanya, baik ketika masih hidup maupun saat sudah meninggal. Orang tua tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali hanya kerugian dan keburukan.

Keadaan keburukan seorang anak ini bisa terjadi jika para orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan atau tarbiyyah anak-anaknya. Salah satu contoh dalam tarbiyah yang benar, yaitu hendaklah para orang tua bersikap adil terhadap semua anak-anaknya. 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita : 

فَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ


Maka bertakwalah kalian semua kepada Allah dan berbuatlah adil kepada anak-anakmu. (HR Bukhâri)

Demikianlah perhatian terhadap anak merupakan perkara yang teramat penting dan pertanggungjawaban yang besar di hadapan Allah. Oleh karena itu, para manusia terbaik, yaitu para nabi senantiasa mendoakan kebaikan untuk diri dan anak keturunan mereka.

Nabi Ibrahim Alaihissallam berdoa:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ


Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih. (QS ash-Shafat : 100. 

Doa yang lain : 

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ


Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan (jadikanlah) di antara anak-cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS al-Baqarah : 128) 

Nabi Zakariya Alaihissallam berdoa:

قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ


Di sanalah Zakariya mendoa kepada Rabbnya seraya berkata, “Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. (QS. ‘Ali ‘Imran : 38)

Baca juga: Peran Ayah dalam Pendidikan Anak Beserta Dalil-dalilnya 

Wallahu A'lam

Minggu, 25 September 2022

YANG PENTING HARUS DI PERHATIKAN KETIKA SHOLAT

Rukun sholat sangat penting diketahui. Jika salah satu rukun ini tidak ada, maka sholat pun tidak dianggap sholat secara syar’i dan juga tidak bisa diganti dengan sujud sahwi. Karena yang dimaksud dengan rukun sholat adalah setiap perkataan atau perbuatan yang akan membentuk hakikat sholat.

Berikut adalah rukun-rukun sholat yang dihimpun dari hadis-hadis Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam, antara lain merujuk dari sahih Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir, kitab hadis Sahih Bukhari, Sunan Abu Dawud, dan lainnya).

Baca juga: 13 Rukun Salat yang Wajib Dipenuhi, Apa Saja? 

1. Niat dan berdiri bagi yang mampu saat mengerjakan sholat wajib.

Allah berfirman : 

وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ


“… Dan berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” [Al-Baqarah: 238]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat sambil berdiri. Beliau juga menyuruh ‘Imran bin Hushain untuk mengerjakan yang demikian. Beliau berkata kepadanya:

“Shalatlah sambil berdiri. Jika engkau tidak bisa, maka (shalatlah) sambil duduk. Jika tidak bisa, maka (shalatlah) dengan (tidur) miring (yaitu di atas tubuh bagian kanan dengan wajah menghadap kiblat." (Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir)

2. Takbiratul ihram

Dari ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

“Kunci shalat adalah bersuci. Pengharamnya (pembukanya) adalah takbir dan penghalalnya (penutupnya) adalah salam.“ (HR. Ibnu Majah Tirmidzi, dan Abu Dawud).

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada orang yang buruk shalatnya:
“Jika engkau hendak shalat, maka bertakbirlah.” 

3. Membaca al-Fatihah pada setiap raka’at

Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بَفَاتِحَةِ الْكِتَابِ


“Tidak (sah) shalat orang yang tidak membaca fatihatul kitab (al-Faatihah).“ (HR. Mutafaqun 'Alaihi)

4, 5. Ruku’ secara thuma’ninah (tenang)

Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ


“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabb-mu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. Al-Hajj: 77).

Juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang buruk sholatnya:
“Kemudian ruku’lah hingga kau merasa tenang dalam ruku’mu.” (Sunan An-Nas'i dan Sunan Ibnu Majah).

6, 7. Berdiri tegak setelah ruku’ sambil thuma’ninah di dalamnya.

Dari Abu Mas’ud al-Anshari Radhiyallahu anhuma. Dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak diganjar shalat seseorang yang tidak menegakkan punggungnya dalam ruku’ dan sujud.” (Sunan An-Nas'i dan Sunan Ibnu Majah).

Beliau juga berkata kepada orang yang buruk shalatnya:“Kemudian bangkitlah hingga kau tegak berdiri.” (Sunan An-Nas'i dan Sunan Ibnu Majah)

8, 9. Sujud dan thuma’ninah di dalamnya

Berdasarkan firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا


“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu...” (Al-Hajj: 77).

Juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang buruk shalatnya, “Kemudian bersujudlah hingga engkau thuma’ninah dalam sujudmu. Lalu bangkitlah hingga engkau thuma’ninah dalam dudukmu. Lantas bersujudlah hingga engkau thuma’ninah dalam sujudmu.” (Sunan An-Nas'i dan Sunan Ibnu Majah)

Anggota sujud:

Dari Ibnu ‘Abbas, dia mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Aku diperintah untuk bersujud di atas tujuh tulang: di atas dahi, -sambil menunjuk ke hidungnya-, kedua tangan, kedua lutut, serta ujung jari-jemari kedua kaki.” (HR. Bukhari)

Juga dari Ibnu ‘Abbas, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Tidak (sempurna) shalat orang yang tidak menempelkan hidungnya ke tanah sebagaimana menempelkan dahinya.” (HR Ad-Daraquthni).

10, 11. Duduk di antara dua sujud serta thuma’ninah padanya.

Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak diganjar shalat seseorang yang tidak menegakkan (meluruskan) punggungnya dalam ruku’ dan sujud.”

Juga berdasarkan perintah beliau pada orang yang buruk shalatnya agar melakukan hal ini, sebagaimana telah dibicarakan dalam pembahasan sujud.

12. Tasyahhud akhir

Dari banyak riwayat antara lain HR. Baihaqi.

13. Shalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah tasyahhud akhir

Berdasarkan hadis Fadhalah bin ‘Ubaid al-Anshari: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki yang sedang shalat. Dia tidak memuji dan mengagungkan Allah. Tidak pula bershalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia lalu pergi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Orang ini terlalu tergesa-gesa.” Kemudian beliau memanggilnya lalu berkata kepadanya dan kepada selainnya, “Jika salah seorang di antara kalian shalat, hendaklah ia memulai dengan sanjungan dan pujian pada Rabb-nya lalu bershalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu dia boleh berdo’a sesuka hatinya.” (Sanadnya Shahih, Sunan At Tirmidzi). 

14. Salam

Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مِفْتَـاحُ الصَّلاَةِ الطَّهُوْرُ، وَالتَّحْرِيْمُهَا التَّكْبِيْرُ، وَالتَّحْلِيْلُهَا التَّسْلِيْمُ


“Kunci sholat adalah bersuci.Pengharamnya (pembukanya) adalah takbir dan penghalalnya (penutupnya) adalah salam.“ (HR. Ibnu Majah Tirmidzi, dan Abu Dawud).

Baca juga: Perbaiki Cara Salat Anda, Ada 7 Syarat Sah Sujud 

Wallahu A'lam

Sabtu, 24 September 2022

Hari Raya Yahudi Awalnya Jumat, Mereka Mengubah Menjadi Sabtu


Hari Raya Yahudi Awalnya Jumat, Mereka Mengubah Menjadi Sabtu
Allah melarang penangkatan ikan di hari Sabtu dan mereka melanggar larangan itu sehingga dikutuk menjadi kera . Foto/Ilustrasi: 
Pada mulanya, hari beribadah dan hari raya umat Yahudi adalah hari Jumat . Hanya saja, mereka mengubahnya menjadi Sabtu. Pada hari itulah Allah menguji mereka untuk beribadah dan mengharamkan menangkap, menjual, dan mengonsumsi ikan laut.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil Muhammad ibnu Ishaq yang meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra mengatakan sesungguhnya hal yang difardukan oleh Allah kepada kaum Bani Israil pada mulanya adalah sama dengan hari yang difardukan oleh Allah kepada kalian dalam hari raya kalian, yaitu hari Jumat. 

"Mereka menggantinya menjadi hari Sabtu, lalu mereka menghormati hari Sabtu (sebagai ganti hari Jumat) dan mereka meninggalkan apa-apa yang diperintahkan kepadanya," ujar Ibnu Abbas ra. 

Baca jugaIni Lokasi Kaum Nabi Musa yang Dikutuk Menjadi Kera 

Setelah mereka membangkang dan hanya menetapi hari Sabtu, maka Allah menguji mereka dengan hari Sabtu itu dan diharamkan atas mereka banyak hal yang telah dihalalkan bagi mereka di selain hari Sabtu.

Mereka yang melakukan demikian tinggal di suatu kampung yang terletak di antara Ailah dan Tur, yaitu Madyan. 

Pada hari Sabtu itu, Allah mengharamkan mereka melakukan perburuan ikan, juga mengharamkan memakannya di hari itu.

Tersebutlah apabila hari Sabtu tiba, maka ikan-ikan datang kepada mereka terapung-apung di dekat pantai mereka berada. Tetapi apabila di hari selain Sabtu, ikan-ikan itu pergi semua hingga mereka tidak dapat menemukan seekor ikan pun, baik yang besar maupun yang kecil.

Singkatnya, bila hari Sabtu tiba ikan-ikan itu muncul begitu banyak secara misteri; tetapi bila hari Sabtu berlalu, ikan-ikan itu lenyap tak berbekas.

Kondisi demikian berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Ikan yang menggoda di hari Sabtu ini menjadi ujian bagi mereka. Ada seseorang dari kalangan mereka sengaja menangkap ikan dengan sembunyi­sembunyi di hari Sabtu, lalu ia mengikat ikan tersebut dengan benang, kemudian melepaskannya ke laut; sebelum itu ia mengikat benang itu ke suatu pasak yang ia buat di tepi laut, lalu ia pergi meninggalkannya. 

Keesokan harinya, atau pada hari Ahad, ia datang ke tempat itu dan mengambil ikan tersebut. Dia menganggap tidak mengambilnya ikan di hari Sabtu. Selanjutnya ia pergi membawa ikan tangkapannya itu, kemudian dimakannya. 

Pada hari Sabtu berikutnya ia melakukan hal yang sama. Ternyata orang-orang mencium bau ikan. "Demi Allah, kami mencium bau ikan," ujar penduduk kampung itu. 

Baca jugaKisah Tragis Ashab al-Sabt, Ketika Dikutuk Menjadi Kera 

Mereka pun menemukan orang yang melakukan hal tersebut, lalu mereka mengikuti jejak si lelaki itu. Mereka melakukan hal tersebut dengan sembunyi-sembunyi dalam waktu cukup lama. Allah sengaja tidak menyegerakan siksaan-Nya terhadap mereka, sebelum mereka melakukan perburuan ikan secara terang-terangan dan menjualnya di pasar-pasar.

Sedangkan As-Saddi meriwayatkan seseorang (dari mereka) menggali pasir dan membuat suatu parit sampai ke laut yang dihubungkan dengan kolam galiannya itu. 

Apabila hari Sabtu tiba, ia membuka tambak paritnya, lalu datanglah ombak membawa ikan hingga ikan-ikan itu masuk ke dalam kolamnya. Ketika ikan-ikan itu hendak keluar dari kolam tersebut, ternyata tidak mampu karena paritnya dangkal, hingga ikan-ikan itu tetap berada di dalam kolam tersebut. 

Apabila hari Ahad tiba, maka lelaki itu datang, lalu mengambil ikan-ikan tersebut. Lalu seseorang memanggang ikan hasil tangkapannya dan ternyata tetangganya mencium bau ikan bakar. 

Ketika si tetangga menanyakan kepadanya, ia menceritakan apa yang telah dilakukannya. Maka si tetangga tersebut melakukan hal yang sama seperti dia, hingga tersebarlah kebiasaan makan ikan di kalangan mereka.

Segolongan orang dari kalangan mereka yang tidak ikut berburu berkata, "Celakalah kalian ini, bertakwalah kepada Allah." 

Golongan ini melarang apa yang diperbuat oleh kaumnya itu. Sedangkan golongan lainnya yang tidak memakan ikan dan tidak pula melarang kaum dari perbuatan mereka berkata, "Apa gunanya kamu menasihati suatu kaum yang bakal diazab oleh Allah atau Allah akan mengazab mereka dengan azab yang keras." 

Mereka yang memberi peringatan kepada kaumnya menjawab, "Sebagai permintaan maaf kepada Tuhan kalian, kami tidak menyukai perbuatan mereka, dan barangkali saja mereka mau bertakwa (kepada Allah)."

Baca jugaKisah Bijak Para Sufi: Cara Menangkap Kera 

Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Ketika mereka dalam keadaan demikian, maka pada pagi harinya orang-orang yang tidak ikut berburu di tempat perkumpulan dan masjid-masjidnya merasa kehilangan orang-orang yang berburu, mereka tidak melihatnya. 

Pada pagi harinya mereka menjadi kera di dalam rumahnya masing-masing, dan sesungguhnya orang-orang yang melihat keadaan mereka mengenal seseorang yang dikenalnya kini telah berubah bentuk menjadi kera. Para wanitanya menjadi kera betina, dan anak-anaknya menjadi kera kecil."

Ibnu Abbas mengatakan, seandainya Allah tidak menyelamatkan orang-orang yang melarang mereka berbuat kejahatan itu, niscaya semuanya dibinasakan oleh Allah. Kampung tersebut adalah yang disebut oleh Allah SWT dalam firman-Nya kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu: "Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut." ( QS Al-A'raaf : 163) hingga akhir ayat. 

Membagi Kampung
As-Saddi meriwayatkan kemudian sebagian dari kalangan mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Orang-orang yang suka berburu di hari Sabtu sedang sibuk, marilah kita lihat apakah yang sedang mereka lakukan." 

Lalu mereka berangkat untuk melihat keadaan orang-orang yang berburu di rumah­rumah mereka, ternyata mereka menjumpai rumah-rumah tersebut dalam keadaan terkunci. Rupanya mereka memasuki rumahnya masing­masing di malam hari, lalu menguncinya dari dalam, seperti halnya orang yang mengurung diri. 

Menurut As-Saddi, ulama di antara mereka sudah memperingatkan. "Celakalah kalian, sesungguhnya kalian melakukan perburuan di hari Sabtu, sedangkan hari tersebut tidak dihalalkan bagi kalian." 

Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami hanya menangkapnya pada hari Ahad, yaitu di hari kami mengambilnya." Maka orang-orang yang ahli hukum berkata, "Tidak, melainkan kalian menangkapnya di hari kalian membuka jalan air baginya, lalu ia masuk."

Baca jugaKisah Sufi Khwaja Ali Ramitani: Cara Menangkap Kera 

Ketika mereka menolak nasihat tersebut, maka orang-orang yang taat kepada perintah Allah berkata, "Demi Allah, kami tidak mau hidup bersama kalian dalam satu kampung." Lalu mereka membagi kampung itu menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh sebuah tembok penghalang.

Lalu kaum yang taat pada perintah Allah membuat suatu pintu khusus buat mereka sendiri, dan orang-orang yang melanggar pada hari Sabtu membuat pintunya sendiri pula. 

Nabi Daud as melaknat mereka yang melanggar di hari Sabtu itu. Kaum yang taat pada perintah Allah keluar memakai pintunya sendiri, dan orang-orang yang kafir keluar dari pintunya sendiri pula.

Pada suatu hari orang-orang yang taat pada perintah Tuhannya keluar. Sedangkan orang-orang yang kafir tidak membuka pintu khusus mereka. Maka orang-orang yang taat melongok keadaan mereka dengan menaiki tembok penghalang tersebut setelah merasakan bahwa mereka tidak mau juga membuka pintunya. 

Ternyata mereka yang kafir itu telah berubah ujud menjadi kera, satu sama lainnya saling melompati. Kemudian orang-orang yang taat membuka pintu mereka, lalu kera-kera tersebut keluar dan pergi menuju suatu tempat. Yang demikian itu dijelaskan di dalam firman-Nya: "Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dila­rang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepada mereka, "Jadilah kalian kera yang hina!" ( QS Al-A'raaf : 166)

Kisah inilah yang pada mulanya disebutkan oleh firman-Nya: "Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam." ( QS Al-Maaidah : 78) hingga akhir ayat. Merekalah yang dikutuk menjadi kera-kera itu.

Baca jugaBegini Nasib Bani Israil yang Dikutuk Allah Taala Jadi Kera dan Babi
(Ustadz Yachya Yusliha)