Senin, 30 Mei 2022

TATA TERTIB DI GRUP


  1. Grup Baraya kultum atau paguyuban kultum. merupakan salah satu sarana komunikasi sosial komunitas .(Antar pengguna), untuk bertukar informasi dan diskusi yang bermanfaat terkait segala kegiatan ....
  2. di Baraya kultum atau paguyuban kultum 
  3. Seluruh anggota grup diperbolehkan memposting kegiatan yang bersifat positif dan bermanfaat.
  4. Postingan yang dibagikan dari sumber lain diharapkan adalah informasi yang akurat, bukan hoax.
  5. Semua anggota grup diharuskan menggunakan kata/kalimat yang sopan dan tidak menyinggung anggota lain.
  6. Dilarang mengunggah postingan baik berupa tulisan, foto, video, link yang mengandung unsur sara, pornografi, pornoaksi dan tindak kekerasan lainnya.
  7. Dilarang memposting sesuatu yang melanggar Undang-undang yang berlaku di Wilayah NKRI.
  8. Anggota grup wajib menjaga kondusifitas grup ini dan diperbolehkan bercanda sewajarnya.
  9. Apabila ada postingan dari anggota grup yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, maka ADMIN dan ANGGOTA lain tidak bertanggungjawab, segala resiko menjadi tanggungjawab pemosting
  10. Peraturan ini dibuat berdasarkan kebutuhan bersama, diharapkan semua anggota mematuhinya dengan penuh kesadaran.
Semoga peraturan ini bermanfaat, terimakasih.

Admin grup Baraya kultum dan paguyuban kultum Nuhun

Surat Al-Baqarah ayat 19.

اَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعْدٌ وَّبَرْقٌۚ يَجْعَلُوْنَ اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِۗ وَاللّٰهُ مُحِيْطٌۢ بِالْكٰفِرِيْنَ 

Au kaṣayyibim minas-samā'i fīhi ẓulumātuw wa ra‘duw wa barq(un), yaj‘alūna aṣābi‘ahum fī āżānihim minaṣ-ṣawā‘iqi ḥażaral-maut(i), wallāhu muḥīṭum bil- kāfirīn(a).  

Tafsir Jalalain
(Atau) perumpamaan mereka itu, (seperti hujan lebat) maksudnya seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat; asal kata shayyibin dari shaaba-yashuubu, artinya turun (dari langit) maksudnya dari awan (padanya) yakni pada awan itu (kegelapan) yang tebal, (dan guruh) maksudnya malaikat yang mengurusnya. Ada pula yang mengatakan suara dari malaikat itu, (dan kilat) yakni kilatan suara yang dikeluarkannya untuk menghardik, (mereka menaruh) maksudnya orang-orang yang ditimpa hujan lebat tadi (jari-jemari mereka) maksudnya dengan ujung jari, (pada telinga mereka, dari) maksudnya disebabkan (bunyi petir) yang amat keras itu supaya tidak kedengaran karena (takut mati) bila mendengarnya. Demikianlah orang-orang tadi, jika diturunkan kepada mereka Alquran disebutkan kekafiran yang diserupakan dengan gelap gulita, ancaman yang dibandingkan dengan guruh serta keterangan-keterangan nyata yang disamakan dengan kilat, mereka menyumbat anak-anak telinga mereka agar tidak mendengarnya, karena takut akan terpengaruh lalu cenderung kepada keimanan yang akan menyebabkan mereka meninggalkan agama mereka, yang bagi mereka sama artinya dengan kematian. (Dan Allah meliputi orang-orang kafir) baik dengan ilmu maupun dengan kekuasaan-Nya hingga tidak sesuatu pun yang luput dari-Nya. 

(QS 2 : 19) 
by KESAN 
https://kesan.id/app/tafsir/2/19 

Ini Wirid Harian dari Imam Al-Ghazali Agar Hidup Berkah..




 – Dalam kitab Mujarrabat Al-Dairabi disebutkan bahwa Imam Al-Ghazali memiliki wirid harian yang beliau anjurkan untuk diamalkan. 

Menurut beliau, siapa saja yang mengamalkan wirid harian ini, maka hidupnya akan mendapatkan keberkahan dan dimudahkan untuk memperoleh ilmu.

Amalan wirid harian dimaksud adalah sebagai berikut;


Pertama, hari Jumat membacat dzikir berikut sebanyak seribu kali;

يَا اللهُ

Yaa alloh.

Kedua, hari Sabtu membaca dzikir berikut sebanyak seribu kali;

لَااِلَهَ اِلاّ الله

Laa ilaaha illallooh.

Ketiga, hari Ahad membaca dzikir berikut sebanyak seribu kali;

يَاحَيُّ يَا قَيُّوْمُ

Yaa hayyu yaa qoyyuum.

Keempat, hari Senin membaca dzikir berikut sebanyak seribu kali;

لَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ

Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim.

Kelima, hari Selama membaca shalawat kepada Nabi Saw sebanyak seribu kali.

Keenam, hari Rabu membaca istighfar berikut sebanyak seribu kali;

اَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ

Astaghfirulloohal ‘azhiim.

Ketujuh, hari Kamis membaca tasbih berikut sebanyak seribu kali;

سُبْحَانَ اللهَ اْلعَظِيْمَ وَبِحَمْدِهِ

Subhaanalloohal ‘azhiima wa bihamdih.

Disebutkan dalam kitab Mujarrabat Al-Dairabi sebagai berikut;

فائدة: قال الغزالي رحمه الله تعالى ما حصل لي الفتوح والبركة الا بهذه الاوراد وهي ان تقول في يوم الجمعة يا الله الف مرة وفي يوم السبت لا اله الا الله الف مرة وفي يوم الاحد يا حي يا قيوم وفي يوم الاثنين لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم وفي يوم الثلاثاء تصلى على النبي الف مرة وفي يوم الاربعاء استغفر الله العظيم الف مرة وفي يوم الخميس سبحان الله وبحمده الف مرة

Faidah; Imam Al-Ghazali berkata; Aku tidak mendapatkan futuh dan keberkahan kecuali dengan wirid-wirid ini. Yaitu di hari Jumat membaca; Yaa alloh, seribu kali, hari Sabtu membaca; Laa ilaaha illalloh, seribu kali, hari Ahad membaca; Yaa hayyu yaa qoyyuum, seribu kali, hari Senin membaca; Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim, seribu kali, hari Selasa membaca shalawat kepada Nabi Saw seribu kali, hari Rabu membaca; Astagfirullaahal ‘azhiim, seribu kali, hari Kamis membaca; Subhaanallaah wa bihamdih, seribu kali.

Sabtu, 28 Mei 2022

Menafkahi Istri dan Anak Dapat Ganjaran Jihad, Sayangnya Berikut Kerugian Perkawinan.


Menafkahi Istri dan Anak Dapat Ganjaran Jihad, Sayangnya Berikut Kerugian Perkawinan
Ada bahaya besar jika seorang laki-laki memperlakukan keluarganya dengan kasar atau mengabaikan mereka, sehingga menimbulkan dosa bagi dirinya sendiri. Foto/Ilustrasi: Ist
Suatu kali, ketika Ibnu Mubarak sedang berpidato di hadapan orang-orang kafir , salah seorang sahabatnya bertanya kepadanya: "Adakah pekerjaan lain yang lebih memberikan ganjaran daripada jihad ?" 

"Ya," jawabnya, "Yaitu memberi makan dan pakaian kepada istri dan anak dengan sepatutnya." 

Waliyullah yang termasyhur Bisyr Hafi berkata: Lebih baik bagi seseorang untuk bekerja bagi istri dan anak daripada bagi dirinya sendiri.

"Di dalam hadis diriwayatkan bahwa beberapa dosa hanya bisa ditebus dengan menanggung beban keluarga," tambah Imam Al-Ghazalidalam bukunya berjudul " Kimia Kebahagiaan " yang merupakan terjemahan dari buku aslinya yang berbahasa Inggris, The Alchemy of Happiness.

Baca jugaPerkawinan dan Kisah Mimpi Seorang Wali tentang Keuntungan Punya Anak 

Ada juga kisah seorang wali tatkala istrinya meninggal. Ia tak bermaksud kawin lagi meski orang-orang mendesaknya seraya berkata bahwa dengan begitu akan lebih mudah baginya untuk memusatkan diri dan pikirannya di dalam uzlah. 

Pada suatu malam ia melihat dalam mimpinya pintu surga terbuka dan sejumlah malaikat turun, lalu mendekatinya dan salah satu di antara mereka bertanya: "Inikah orang yang celaka yang egois itu?" 

Rekan-rekannya menjawab: "Ya, inilah dia." 

Wali itu sedemikian terperangahnya sehingga tidak sempat bertanya tentang siapakah yang mereka maksud. Tetapi tiba-tiba seorang anak laki-laki lewat dan ia pun bertanya kepadanya. "Andalah yang sedang mereka bicarakan," jawab sang anak. "Baru minggu yang lalu perbuatan-perbuatan baik anda dicatat di surga bersama dengan wali-wali yang lain, tetapi sekarang mereka telah menghapuskan nama anda dari buku catatan itu."

Setelah terjaga dengan pikiran penuh tanda tanya, dia pun segera membuat rencana untuk kawin. "Dari semua hal di atas, tampak bahwa perkawinan memang diinginkan," tulis Imam Al-Ghazali.

Baca jugaKimia Kebahagiaan Al-Ghazali: Surga dan Neraka Rohaniah yang Terlewatkan 

Kerugian
Selain keuntungan, selanjutnya Imam Al-Ghazali menyebut kerugian-kerugian perkawinan. Salah satu di antaranya adalah adanya suatu bahaya, khususnya di masa sekarang ini, bahwa seorang laki-laki mesti mencari nafkah dengan sarana-sarana yang haram untuk menghidupi keluarganya, padahal tidak ada perbuatan-perbuatan baik yang bisa menebus dosa ini.

Nabi SAW bersabda bahwa pada Hari Kebangkitan akan ada laki-laki yang membawa tumpukan perbuatan baik setinggi gunung dan menempatkannya di dekat Mizan. Kemudian ia ditanya; "Dengan cara bagaimana engkau menghidupi keluargamu?" 

Ia tak bisa memberikan jawaban yang memuaskan, maka semua perbuatan baiknya pun akan dihapuskan dan suatu pernyataan akan dikeluarkan berkenaan dengannya: "Inilah orang yang keluarganya telah menelan semua perbuatan baiknya!"

Baca jugaKimia Kebahagiaan al-Ghazali: 6 Penyebab Kejahilan tentang Allah Taala 

Kerugian lain dari perkawinan adalah bahwa memperlakukan keluarga dengan baik dan sabar dan menyelesaikan masalah-masalah mereka hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki tabiat baik. 

Ada bahaya besar jika seorang laki-laki memperlakukan keluarganya dengan kasar atau mengabaikan mereka, sehingga menimbulkan dosa bagi dirinya sendiri. 

Nabi SAW bersabda: "Seseorang yang meninggalkan istri dan anak-anaknya adalah seperti budak yang lari. Sebelum ia kembali kepada mereka, puasa dan sholatnya tidak akan diterima oleh Allah." 

Ringkasnya, manusia memiliki sifat-sifat rendah, dan sebelum ia bisa mengendalikan sifatnya itu, lebih baik ia tidak memikul tanggungjawab untuk mengendalikan orang lain. 

Seseorang bertanya kepada Wali Bisyr Hafi, kenapa ia tidak kawin. "Saya takut," ia menjawab. "Akan ayat Al-Qur'an: 'hak-hak wanita atas laki-laki persis sama dengan hak-hak laki-laki atas wanita'."

Baca jugaKimia Kebahagiaan Al-Ghazali: Empat Tahap Perjalanan Manusia di Dunia 

Kerugian ketiga dari perkawinan adalah bahwa mengurus sebuah keluarga seringkali menghalangi seseorang dari memusatkan perhatiannya kepada Allah dan akhirat. Dan boleh jadi, kecuali kalau ia berhati-hati, hal itu akan menyeretnya kepada kehancuran, karena Allah telah berfirman: "Janganlah istri-istri dan anak-anakmu memalingkanmu dari mengingat Allah." 

Orang yang berpikir, bahwa dengan tidak kawin ia bisa memusatkan perhatiannya lebih baik pada kewajiban-kewajiban keagamaannya, lebih baik ia tetap sendirian; dan orang-orang yang takut untuk terjatuh ke dalam dosa jika ia tidak kawin, lebih baik ia kawin.
(mhy)

MANFAAT SILATURAHMI.

SUSUNAN PANITIA

Pemakarsa 

1. Aki Bandring
2. Bapak Atang Bren

Ketua                 : Bapak Dewan. Syuro (DS)
Sekretaris           : Ustadz Yachya Yusliha
Bendaha             : Oma Azam

Sie Dana/usaha : Bapak. Aim (kordinator)
Ibu Bundring (anggota)
Kang Dedem (anggota)

Sie Acara            :  Neng Opes
                              Om Datuk
                              Kang Nano

Sie Konsumsi      :  Ibu Mia
                               Ibu Fany
                               Ibu Iroh

Sue Humas         :  Kang Bravo
                              Wa Jurel

Sie pembantu umum :
Seluruh Anggota Paguyuban Kultum

LATAR BELAKANG PAGUYUBAN KULTUM 141.200

Satu tahun Paguyuban Kultum mengabdi dalam bidang syiar Agama Islam, Alhamdulillah diterima dengan baik oleh masyarakat pencinta Hobi Radio melalui Prekuensi 141.200 Mhz. 

Didirikan pada tahun 2021 dengan bermaksud meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pentingnya Ilmu kajian Agama Islam dalam bidang akhlak, Iman, dan Taqwa. 

Serta sebagai pengingat kita dalam pedoman kehidupan, yaitu Al-Qur'an dan Hadist.

TUJUAN :
Pentingnya Ilmu Agama Islam adalah sebagai tolak ukur kehidupan kita dalam berkegiatan. 

Maka kegiatan Paguyuban Kultum dalam acara “Halal bihalal bersama Paguyuban Kultum” sebagai sarana kita untuk meningkatkan dan membangun tali persilaturahmian yang di wajibkan dalam Agama Islam.

PESAN PAK SUDIRMAN :

Kalau mau menang harus kuat
Kalau mau kuat harus bersatu
Kalau mau bersatu harus silaturahmi 

MANFAAT SILATURAHMI :

Bersilaturahmi yang berarti mengikat tali persahabatan cukup sering dilakukan, terutama oleh umat muslim pada saat Lebaran. 

Dengan melakukannya, ternyata ada banyak manfaat serta keutamaan yang bisa diperoleh.

Yuk, cari tahu apa saja manfaat silaturahmi jika dilakukan dengan niat yang tulus serta ikhlas.

Silaturahmi sangat lazim dilakukan saat Idul fitri karena biasanya, dalam tradisi tahunan di hari raya tersebut, banyak masyarakat yang mudik atau pulang ke kampung halaman.

Karena itulah momen ini menjadi saat yang paling pas untuk menyambung silaturahmi dengan keluarga dan sanak saudara yang mungkin sudah lama tidak ditemui.

manfaat silaturahmi secara syariat juga menjadi amalan utama karena mampu membantu menyambungkan berbagai hal yang putus.

Pengampunan dosa di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala lebih mudah bila dibandingkan dengan pengampunan dosa akibat kesalahan yang dilakukan antarmanusia.


Salah satu upaya menjauhkan diri dari berbagai kekhilafan antarmanusia adalah dengan menghidupkan silaturahmi. 

Oleh karena itu, silaturahmi memiliki keutamaan yang luar biasa.


Namun tahukah Moms, di balik itu semua, ada berbagai manfaat silaturahmi yang tak kalah hebat untuk kesehatan fisik, mental, serta dalam hal keagamaan?

Manfaat Silaturahmi untuk Kesehatan Fisik dan Mental



Berikut ini berbagai manfaat silaturahmi yang dapat kita rasakan pada tubuh dan jiwa kita.

1. Membantu Mengurangi Stres dan Cemas
Bagi kesehatan jiwa, manfaat silaturahmi adalah dapat meredakan stres dan cemas berlebihan.

Tak dimungkiri, beberapa tahun ini (apalagi mulai dari tahun 2020 lalu), banyak dari kita yang mengalami banyak masalah secara bertubi-tubi dalam kehidupan.

Berbagai masalah inti bisa saja membuat kita mudah stres dan merasa cemas dalam memikirkan jalan keluarnya.


stres atau rasa cemas yang dirasakan oleh orang dewasa dalam sebuah keluarga akan memengaruhi kondisi mental anggota keluarga lain yang paling muda.

Dalam kondisi Momen yang sudah berkeluarga dan punya anak, anggota keluarga termuda yang dimaksud adalah anak-anak.

Nah, para ahli setuju bahwa bersosialisasi dan bersilaturahmi dengan keluarga atau teman dekat dapat membantu Momen dalam bersosialisasi


Dengan berbincang dan bersosialisasi membicarakan berbagai hal seru, secara tidak langsung dapat meringankan beban Moms serta mengurangi rasa stres.


2. Meningkatkan Daya Ingat dan Mencegah Demensia
Manfaat silaturahmi untuk kesehatan ternyata juga dapat membantu menjaga dan meningkatkan daya ingat sehingga mencegah demensia.


Karena, seseorang yang sering bersilaturahmi dan aktif secara sosial, memiliki daya ingat serta kemampuan kognitif lebih baik.

Dengan bersosialisasi, seseorang pastinya akan berlatih untuk mengingat wajah, nama, serta berbagai memori yang tersimpan di otak.

Kebiasaan ini akan membantu meminimalkan risiko terkena demensia dalam jangka panjang.


3. Meningkatkan Imun Tubuh dan Memperpanjang Usia


Saling berinteraksi dengan manusia lain sebenarnya memiliki keterkaitan dengan peningkatan sistem imun tubuh.

Ini juga merupakan manfaat silaturahmi yang bisa didapat untuk kesehatan kita.

Karena saat bersilaturahmi, ada banyak hormon dalam tubuh yang saling bereaksi. 

Hormon merupakan senyawa kimia dalam tubuh yang diproduksi oleh berbagai kelenjar dalam tubuh.

Salah satu fungsi hormon adalah mengatur suasana hati seseorang dan meningkatkan berbagai perasaan positif yang membuat kita lebih bahagia.


Dengan demikian bekerjanya hormon bahagia, manfaat silaturahmi dapat dirasakan untuk meningkatkan sistem imun tubuh.

Selain membantu meningkatkan imun tubuh, bersosialisasi dipercaya oleh banyak ahli dapat membantu seseorang berumur panjang dibanding seseorang yang cenderung gemar mengisolasi dirinya sendiri.


4. Membantu Memecahkan Masalah
Hidup di usia dewasa memang tidak mudah. 

Itulah sebabnya Moms perlu bersosialisasi dengan orang lain.

Dengan demikian, hal ini bisa menjadi ajang mencurahkan isi hati sebagai upaya mendapatkan pencerahan.

Karena saat bersilaturahmi di Hari Raya, Moms akan berkumpul dengan sanak saudara, teman dekat, atau rekan sejawat.

Berbagai pembicaraan menarik dan seru pun pasti menjadi topik utama.

Di antara sekian banyak perbincangan, siapa tahu salah satunya terselip suatu hal yang bisa menjadi ide baru untuk memecahkan masalah Moms atau bahkan ide bisnis yang menjanjikan.

Jadi, manfaat silaturahmi yang bisa Moms rasakan lebih luas dari sekedar memperbaiki suasana hati.

Tapi ingat Moms, saat bersosialisasi atau bersilaturahmi, hindari bergosip, ya! Terutama membicarakan berbagai hal-hal “miring” seputar keluarga.

Seperti misalnya mengapa ada yang belum menikah, belum memiliki anak, dan lain sebagainya.

Hal-hal di atas tentulah menjadi suatu isu yang sangat sensitif dan malah dapat merusak suasana Lebaran yang penuh kehangatan.



Setelah Moms mengetahui beberapa manfaat silaturahmi untuk kesehatan mental dan fisik Moms, mari kita membahas beberapa manfaat silaturahmi dari sisi spiritual menurut Islam.

5. Membuat Semua Orang Menjadi Lebih Dekat dengan Penciptanya



Manfaat silaturahmi bagi seseorang tidak hanya menyambung ikatan dengan sesama manusia, tapi juga hubungannya dengan Allah SWT.

Disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah SAW dengan sabda:

“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala menciptakan mahkluk, hingga apabila Dia selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: “ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan.”

Dia berfirman: “Benar, apakah engkau rida jika aku menyambung orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau?”

Ia menjawab: Iya. Dia berfirman: “Itulah untukmu”.

6. Silaturahmi Membuat Gembira Sanak Saudara


Silaturahmi merupakan suatu langkah terpuji karena manfaat silaturahmi bisa membuat gembira sanak saudara.


7. Silaturahmi Akan Membantu Memperluas Rezeki
Manfaat silaturahmi yang sangat berguna bagi kehidupan adalah dilapangkannya rezeki yang lebih luas.

Hal ini dikarenakan silaturahmi dapat membantu meningkatkan keharmonisan antara anggota keluarga besar, saudara, hingga teman lama.

Dengan saling bertemu, kita bisa saling membantu serta menolong satu sama lain, yang berarti juga kita saling berbagi rezeki.

“Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi,” (HR. Bukhari – Muslim).

8. Manfaat Silaturahmi dapat Dijauhi dari Api Neraka
Syeh Soleh juga menyebutkan bahwa manfaat silaturahmi adalah menjadikan iblis laknatullah menjadi sulit untuk menggoda manusia.

Dengan demikian, manusia akan terhindar dari api neraka. 

Manfaat silaturahmi ini juga telah dijanjikan dalam salah satu hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:

“Engkau menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi,” (HR Bukhari dan Muslim).

9. Sebagai Bentuk Iman Kepada Allah

Manfaat silaturahmi juga tak hanya sekedar untuk membantu memperluas rezeki, terhindar dari api neraka, hingga mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.

Silaturahmi merupakan tanda-tanda seseorang beriman kepada Allah SWT dan menjadi makhluk mulia di hadapan-Nya.

Menyambung silaturahmi dengan orang yang telah memutuskan tali silaturahmi merupakan akhlak terpuji yang sangat disukai oleh Allah.

Sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Maukah kalian saya tunjukkan perilaku akhlak termulia di dunia dan di akhirat?

Maafkan orang yang pernah menganiayaimu, sambung silaturahmi orang yang memutuskanmu dan berikan sesuatu kepada orang yang telah melarang pemberian untukmu."

Sedangkan seseorang yang suka memutus tali silaturahmi maka dianggap sebagai “perusak” kehidupan.

Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam salah satu surat Alquran berikut ini, Allah SWT berfirman:

"Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan tali silaturahmi (kekeluargaan)?

Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinga mereka dan dibutakan penglihatan mereka," (QS. Muhammad:22-23).

Karena menyambung tali silaturahmi merupakan salah satu hal yang diperintahkan oleh Allah SWT, maka dengan menjalin silaturahmi juga merupakan salah satu cara meningkatkan akhlak yang terpuji.

10. Menambah Pahala Setelah Meninggal
Manfaat silaturahmi yang selanjutnya adalah menambah pahala ketika kita sudah meninggal.

Syeh Sholeh pun menyatakan bahwa dengan kita melakukan silaturahmi, sanak kerabat akan mengingat budi baik kita ketika hidup dan selalu mengingat momen persahabatan.

Dengan demikian, saat meninggal pun kita akan akan diberi kiriman doa oleh orang-orang yang mengenal kita.


Secara garis besar, manfaat silaturahmi dalam Islam dijelaskan dalam keutamaan serta perintah dalam Alquran dan hadis. Berikut ini ulasannya seperti dilansir dari Muslim.or.id.

1. Keutamaan Silaturahmi
Salah satu keutamaan dengan menjaga tali silaturahmi adalah dapat menjadi salah satu sebab umat dapat masuk ke dalam surga Allah SWT.

Hal tersebut dijelaskan dalam sabda Rasulullah:

أيها الناس، أفشوا السلام، وأطعموا الطعام، وصلوا الأرحام، وصلُّوا بالليل والناس نيام, تدخلوا الجنة بسلام

Artinya: "Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, sambunglah silaturahim, salatlah pada malam hari ketika orang-orang sedang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat," (HR. Ibnu Majah, At Tirmidzi, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).

Lebih lanjut tentang keutamaan bersilaturahmi yaitu dapat dimudahkan dan diluaskan rezekinya, serta dipanjangkan usianya. Hal tersebut dijelaskan dalam sabda Rasulullah yang berbunyi:

من أحب أن يبسط له في رزقه، وينسأ له في أثره فليصل رحمه

Artinya: "Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi," (HR. Bukhari - Muslim).

Jika seseorang mengabaikan silaturahmi, dan menganggapnya hal yang remeh, terdapat ancaman bagi orang-orang yang tidak menjaga atau bahkan memutus tali silaturahmi, yaitu

لا يدخلُ الجنةَ قاطعُ رحمٍ

Artinya: "Tidak masuk surga orang yang memutus silaturahmi," (HR. Bukhari - Muslim).

2. Perintah Bersilahturahmi
Allah SWT memerintahkan untuk menyambung tali silaturahim, yang dijelaskan dalam surah An Nisa ayat 36, yang berbunyi:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Wa'budullāha wa lā tusyrikụ bihī syai`aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīli wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu mang kāna mukhtālan fakhụrā

Artinya: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.

Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri," (QS. An Nisa: 36).


Itulah beberapa manfaat silaturahmi untuk kesehatan dan keagamaan, serta perintah juga keutamaannya yang Moms perlu ketahui.

Sebaiknya, jangan hanya saat Idul fitri atau Lebaran saja, karena silaturahmi bisa dilakukan kapan saja.

Jika memang tidak memungkinkan untuk bertemu secara langsung, mempererat tali silaturahmi bisa juga dengan cara lainnya, seperti mengirimkan pesan atau menelepon.

Yuk, rutinkan bersilaturahmi, terutama pada keluarga dan teman yang sudah lama tidak disapa.



Al-Baqarah, ayat 23-24

Al-Baqarah, ayat 23-24

{وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نزلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (23) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (24) }

Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolong kalian selain Allah, jika kalian orang-orang yang memang benar. Maka jika kalian tidak dapat membuat(nya) dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah diri kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menetapkan masalah kenabian sesudah menetapkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Untuk itu, Allah mengarahkan khitab-Nya kepada orang-orang kafir melalui firman-Nya:

{وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نزلْنَا عَلَى عَبْدِنَا}

Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami. (Al-Baqarah: 23)

Yang dimaksud dengan hamba ialah Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam Maka datangkanlah sebuah surat yang semisal dengan apa yang didatangkan olehnya. Apabila kalian menduga bahwa Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, maka tantanglah Al-Qur'an dengan hal yang semisal dengan apa yang didatangkan olehnya. Mintalah pertolongan kepada orang-orang yang kalian kehendaki selain Allah, karena sesungguhnya kalian pasti tidak akan mampu melakukan hal tersebut. Menurut Ibnu Abbas, syuhada-ukum artinya penolong-penolong kalian.

Menurut As-Saddi, dari Abu Malik, syuhada-ukum artinya sekutu-sekutu kalian. Dengan kata lain ialah kaum selain kalian yangmembantu kalian untuk melakukan hal tersebut. Mintalah pertolongankepada tuhan-tuhan kalian agar mereka membantu dan menolong kalian.

Mujahid mengatakan bahwa makna wad'u syuhada-akum artinya orang-orang yang akan menyaksikannya, mereka adalah juri-juri dari kalangan orang-orang yang fasih dalam berbahasa.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menantang mereka untuk melakukan hal tersebut di lain ayat dari Al-Qur'an, yaitu dalam surat Al-Qashash:

{قُلْ فَأْتُوا بِكِتَابٍ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ هُوَ أَهْدَى مِنْهُمَا أَتَّبِعْهُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}

Katakanlah, "Datangkanlah oleh kalian sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al-Qur'an) niscaya aku mengikutinya, jika kalian sungguh orang-orang yang benar." (Al-Qashash: 49)

Di dalam surat Al-Isra disebutkan melalui firman-Nya:

{قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا}

Katakanlah.�Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain." (Al-Isra: 88)

Di dalam surat Hud Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}

Bahkan mereka mengatakan, "Muhammad telah membuat-buat Al-Qur'an itu." Katakanlah, "(Jikalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kalian sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar." (Hud: 13)

Di dalam surat Yunus Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:

{وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ * أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}

Tidaklah mungkin Al-Qur'an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al-Qur'an itu) membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah duetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan, "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah, "(Kalau benar yang kalian katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kalian panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar" (Yunus: 37-38)

Semua ayat ini Makkiyyah, kemudian Allah menantang mereka dengan tantangan yang sama dalam surat-surat Madaniyyah. Untuk itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam ayat berikut: Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buailah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu. (Al-Baqarah: 23) Demikian pendapat Mujahid dan Qatadah, dipilih oleh Ibnu Jarir At-Tabari, Az-Zamakhsyari dan Ar-Razi, dinukil dari Umar, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Al-Hasan Al-Basri, dan kebanyakan ulama ahli Tahqiq.

Pendapat ini dinilai kuat berdasarkan peninjauan dari berbagai segi yang antara lain ialah Allah Subhanahu wa Ta'ala menantang mereka secara keseluruhan, baik secara terpisah maupun secara gabungan; yang dalam hal ini tidak ada bedanya antara orang-orang ummi dari kalangan mereka dan orang-orang yang pandai baca tulis dari mereka. Yang demikian itu lebih sempurna dalam tantangannya dan lebih mencakup keseluruhannya daripada tantangan yang hanya ditujukan-kepada individu dari kalangan mereka yang ummi, yaitu orang-orang yang tidak dapat baca tulis dan tidak memperhatikan suatu ilmu pun. Sebagai buktinya ialah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengatakan:

{فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ}

maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat menyamainya. (Hud: 13)

{لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ}

niscaya meraka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia. (Al-Isra : 88)

Sebagian ulama mangatakan bahwa bimislihi artinya dari orang yang semisal dengan Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam yakni dari seorang lelaki yang ummi seperti dia. Tetapi pendapat yang sahih adalah yang pertama, karena tantangan ini bersifat umum bagi mereka semua. Padahal mereka adalah orang-orang yang paling fasih, dan Allah menantang mereka dengan tantangan ini di Mekah dan di Madinah beberapa kali karena mereka sangat memusuhi Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam dan sangat membenci agamanya. Akan tetapi, sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih, ternyata mereka tidak mampu membuatnya. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

{فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا}

Maka jika kalian tidak dapat (membuatnya), dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya). (Al-Baqarah: 24)

Huruf lan bermakna menafikan untuk selamanya di masa mendatang, yakni kalian tidak akan mampu melakukannya untuk selama-lamanya. Hal ini merupakan suatu mukjizat tersendiri bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengemukakan suatu berita yang pasti mendahului segalanya tanpa rasa khawatir dan takut bahwa Al-Qur'an ini tiada yang dapat membuat hal yang semisal dengannya untuk selama - lamanya. Memang kenyataannya demikian, sejak diturunkan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala sampai sekarang tiada yang dapat membuat hal yang semisal dengannya. Tidak mungkin dan mustahil ada manusia yang dapat melakukannya. Al-Qur'an merupakan Kalamullah Tuhan Yang Menciptakan segala sesuatu, mana mungkin kalam Yang Maha Pencipta dapat diserupakan dengan kalam makhluk-Nya.

Bagi orang yang memikirkan Al-Qur'an, niscaya dia akan menjumpai di dalamnya berbagai mukjizat keindahan-keindahan yang Lahir dan yang tersembunyi yang berkaitan dengan segi lafaz dan segi maknanya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:

{الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ}

Alif lam ra, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Mahawaspada. (Hud: 1)

Lafaz-lafaz disusun dengan rapi dan kokoh, makna-maknanya dijelaskan secara rinci, atau sebaliknya menurut pendapat yang berbeda-beda. Setiap lafaz dan makna Al-Qur'an adalah fasih belaka, tiada yang dapat menandinginya, tiada pula yang dapat sejajar dengannya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan banyak hal yang terjadi di masa silam yang kisah-kisahnya terpendam, lalu kisahnya diangkat kembali sesuai dengan kejadiannya tanpa ada kekurangan sama sekali. Allah memerintahkan kepada semua perkara yang baik dan melarang setiap perbuatan yang buruk.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:

{وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا}

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115)

Dengan kata lain, benar dalam pemberitaan dan adil dalam hukum; semuanya adalah hak, benar, adil, dan petunjuk. Di dalam Al-Qur'an tidak terdapat spekulasi, tiada dusta, dan tiada buat-buatan, sebagaimana yang dijumpai dalam banyak syair Arab dan lain-lainnya yang dipenuhi dengan kedustaan dan spekulasi yang tidak akan indah syair-syair mereka bila tidak disertai dengan kedustaan dan spekulasi. Sebagaimana yang dikatakan bahwa syair yang paling indah ialah yang paling dusta.

Dijumpai dalam kasidah-kasidah yang panjang lagi bertele-tele, kebanyakan isinya hanya menceritakan wanita, kuda, khamr; atau memuji orang tertentu, unta, peperangan, kejadian, hal yang menakutkan atau sesuatu pemandangan yang tiada mengandung suatu faedah selain hanya menunjukkan kemampuan si penyair yang bersangkutan dalam menggambarkan sesuatu yang samar lagi lembut (jelimet), atau menampilkannya ke dalam gambaran yang jelas. Kemudian dijumpai satu bait, dua bait, atau lebih mencakup isi seluruh kasidah, sedangkan yang lainnya tidak ada gunanya dan tidak ada faedahnya selain hanya bertele-tele.

Adapun Al-Qur'an. seluruhnya fasih lagi berparamasastra sangat tinggi bagi orang yang mengetahui hal tersebut secara rinci dan secara global dari kalangan orang-orang yang mengerti bahasa Arab dan seni ungkapan mereka. Karena sesungguhnya jika kamu renungkan berita-beritanya, niscaya kamu menjumpainya sangat indah, baik yang diungkapkan dalam bentuk panjang ataupun ringkas. Sama saja apakah ungkapannya berulang atau tidak, sebab setiap kali berulang dirasakan bertambah indah dan anggun, tidak bosan membacanya, dan para ulama tidak pernah merasa jenuh.

Apabila Al-Qur'an mengungkapkan suatu ancaman atau peringatan, hal ini diungkapkannya dalam bahasa yang membuat gunung yang bisu lagi kokoh itu akan bergetar, terlebih lagi kalbu manusia yang memahaminya. Apabila mengemukakan suatu janji, diungkapkan dalam gaya bahasa yang membuat hati dan pendengaran manusia terbuka, merasa rindu kepada surga yang berada di sisi 'Arasy Tuhan Yang Maha Pemurah, sebagaimana yang dijelaskan dalam targib melalui firman-Nya:

{فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 17)

{وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الأنْفُسُ وَتَلَذُّ الأعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}

Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kalian kekal di dalamnya. (Az-Zukhruf: 71)

Di dalam Bab "Tarhib" Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:

{أَفَأَمِنْتُمْ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ}

Maka apakah kalian merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkirbalikkan sebagian daratan bersama kalian. (Al-Isra: 68)

{أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ * أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ}

Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kalian, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncangl Atau apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? (Al-Mulk: 16-17)

Dalam Bab "Peringatan" Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:

{فَكُلا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ}

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosa-nya. (Al-Ankabut 40)

Dalam Bab "Nasihat (Pelajaran)" Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:

{أَفَرَأَيْتَ إِنْ مَتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ * ثُمَّ جَاءَهُمْ مَا كَانُوا يُوعَدُونَ * مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يُمَتَّعُونَ}

Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya. (Asy-Syu'ara: 205-207)

Masih banyak ayat lainnya yang mengandung berbagai macam fasahah. paramasastra. dan keindahan. Apabila ayat-ayat Al-Qur'an menerangkan perihal hukum-hukum, perintah-perintah, dan larangan-larangan. maka setiap perintah selalu mengandung semua perkara makruf, baik, bermanfaat, dan larangan terhadap setiap perbuatan yang buruk, hina, dan rendah.

Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf mengatakan, "Apabila kamu mendengar Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman di dalam Al-Qur'an, 'Hai orang-orang yang beriman,' maka pasanglah pendengaranmu baik-baik, karena sesungguhnya hal tersebut mengandung kebaikan yang akan diperintahkan oleh-Nya atau keburukan yang dilarang oleh-Nya." Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:

{يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأغْلالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ}

Yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. (Al-A'raf: 157)

Apabila ayat-ayat menerangkan gambaran tentang hari kiamat berikut semua kesusahan dan kengerian yang terdapat di dalamnya, gambaran tentang surga, neraka, dan semua yang disediakan oleh Allah buat kekasih-kekasih-Nya serta musuh-musuhnya, yaitu kenikmatan dan neraka, serta perlindungan dan siksa yang pedih, maka diungkapkannya dalam bentuk berita gembira, larangan, serta peringatan. Yaitu ungkapan yang mendorong untuk mengerjakan semua kebaikan dan menjauhi semua kemungkaran, mendorong untuk berzuhud terhadap duniawi serta lebih suka kepada pahala di akhirat, dan memperteguh jalan yang penuh dengan keteladanan, memberikan petunjuk ke jalan Allah yang lurus dan syariatnya yang tegak, serta membersihkan hati dari kotoran setan yang terkutuk.

Karena itu, telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda:

"مَا مِنْ نَبِيٍّ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ إِلَّا قَدْ أعْطِيَ مِنَ الْآيَاتِ مَا مِثْلُهُ آمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إليَّ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tiada seorang nabi pun melainkan telah dianugerahi suatu mukjizat yang disesuaikan dengan apa yang diimani oleh manusia di masanya. Dan sesungguhnya apa yang telah diberikan kepadaku hanyalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadaku, maka aku berharap semoga aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya di antara semua nabi-nabi kelak di hari kiamat.

Lafaz hadis ini berasal dari Imam Muslim.

Dengan kata lain, sesungguhnya apa yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu; aku mempunyai kekhususan tersendiri di antara mereka (para nabi), yaitu diberi wahyu Al-Qur'an ini yang melemahkan seluruh umat manusia untuk membuat hal yang semisal dengannya, lain halnya dengan kitab-kitab samawi lainnya. Karena sesungguhnya kitab-kitab samawi selain Al-Qur'an menurut kebanyakan ulama bukan merupakan mukjizat. Tetapi Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam selain memiliki mukjizat Al-Qur'an, memiliki pula mukjizat-mukjizat lainnya yang menunjukkan kenabian dan kebenaran apa yang didatangkan olehnya, dan hal ini jumlahnya cukup banyak hingga tak terhitung; segala puji dan anugerah hanyalah milik Allah.

Sebagian ulama ahli Kalam ada yang menetapkan unsur i'jaz di dalam Al-Qur'an dengan suatu metode yang mencakup antara pendapat ahli sunnah dan golongan mu'tazilah yang menyatakan sirfah. Dia mengatakan, jika Al-Qur'an ini mengandung i'jaz dengan sendirinya �yakni manusia tidak akan mampu mendatangkan yang semisal dengannya dan di luar kemampuan mereka pula untuk menentangnya� berarti apa yang diakui benar-benar telah terjadi. Jika mereka mempunyai kemampuan untuk menentang Al-Qur'an dengan hal yang semisal dengannya, sedangkan mereka tidak mampu melakukannya, padahal mereka sangat memusuhinya. maka hal ini merupakan bukti yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an benar-benar dari sisi Allah; karena Allah men-sirfah (memalingkan) mereka untuk dapat menentangnya (Al-Qur'an), padahal mereka mempunyai kemampuan untuk menentangnya dengan hal yang semisal. Analisis seperti ini �sekalipun kurang dapat diterima� mengingat Al-Qur'an itu sendiri mengandung mukjizat yang membuat manusia tidak mampu menentangnya dengan hal yang semisal, seperti yang telah kami sebutkan di atas. Hanya saja analisis ini dapat diterima dengan pengertian sebagai perumpamaan dan tantangan terhadap perkara yang hak. Metode inilah yang dipakai oleh Ar-Razi dalam menjawab hipotesisnya di dalam kitab tafsirnya menyangkut surat yang pendek-pendek, seperti surat Al-'Asr dan Al-Kausar.

***********

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:

{فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ}

Peliharalah diri kalian dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 24)

Yang dimaksud dengan al-waqud ialah sesuatu yang dicampakkan ke dalam api untuk membesarkannya, seperti kayu bakar dan lain-lain-nya; sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam firman lainnya, yaitu:

{وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا}

Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam. (Al-Jin: 15)

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman pula:

{إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ}

Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah makanan Jahannam, kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98)

Yang dimaksud al-hijarah dalam surat Al-Baqarah ini ialah batu pemantik api yang sangat besar, hitam, keras, dan berbau busuk. Batu jenis ini paling panas jika dipanaskan, semoga Allah melindungi kita darinya.

Abdul Malik ibnu Maisarah Az-Zarrad meriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah ibnu Mas'ud sehubungan dengan firman-Nya: bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (Al-Baqarah: 24) Bahwa batu yang dimaksudkan adalah batu kibrit (pemantik api), Allah telah menciptakannya di saat Allah menciptakan langit dan bumi, yaitu di langit yang paling rendah, sengaja disediakan buat orang-orang kafir.

Riwayat ini diketengahkan oleh Ibnu Jarir dengan lafaz seperti ini, diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadraknya; ia mengatakan bahwa dengan syarat Syaikhain.

As-Saddi di dalam kitab tafsirnya mengatakan dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud dan dari sejumlah sahabat sehubungan dengan makna ayat ini. Adapun yang dimaksud dengan al-hijarah ialah batu yang ada di dalam neraka, yaitu batu kibrit berwarna hitam; mereka (orang-orang kafir) diazab di dalam neraka dengan batu itu dan api neraka.

Mujahid mengatakan bahwa hijarah ini berasal dari batu kibrit yang baunya lebih busuk daripada bangkai.

Abu Ja'far Muhammad ibnu Ali mengatakan bahwa batu tersebut adalah batu kibrit.

Ibnu Juraij mengatakan, batu tersebut adalah batu kibrit hitam yang berada di dalam neraka. Menurut Amr ibnu Dinar, batu tersebut jauh lebih keras dan lebih besar daripada yang ada di dunia.

Menurut pendapat yang lain, batu tersebut dimaksudkan batu berhala dan tandingan-tandingan yang disembah selain Allah, sebagaimana dijelaskan dalam firman lainnya, yaitu: Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah makanan Jahannam. (Al-Anbiya: 98)

Pendapat ini diriwayatkan oleh Al-Qurtubi dan Ar-Razi yang menilainya lebih kuat daripada pendapat di atas. Ar-Razi mengatakan, dikatakan demikian karena bukan merupakan hal yang diingkari bila api mengejar batu kibrit, untuk itu lebih utama bila bahan bakar tersebut diartikan sebagai batu-batuan jenis kibrit. Akan tetapi, apa yang dikatakan oleh Ar-Razi masih kurang kuat, mengingat api itu apabila dibesarkan nyalanya dengan batu kibrit, maka panasnya lebih kuat dan nyalanya lebih besar. Terlebih lagi diartikan seperti yang telah dikatakan oleh ulama Salaf, bahwa batu-batuan tersebut adalah batu kibrit yang disediakan untuk tujuan tersebut. Selanjutnya merupakan suatu hal yang nyata pula bila api dapat membakar jenis batu-batuan lainnya, misalnya batu jas (kapur), jika dibakar dengan api, ia menyala, kemudian menjadi kapur. Demikian pula halnya semua batuan lainnya, bila dibakar oleh api pasti terbakar dan menjadi hancur.

Sesungguhnya hal ini dikaitkan dengan panasnya api neraka yang diancamkan kepada mereka. Juga dikaitkan dengan kebesaran nyalanya, sebagaimana yang terdapat di dalam firman-Nya berikut ini:

{كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا}

Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah bagi mereka nyalanya. (Al-Isra: 97)

Demikian pendapat yang dinilai kuat oleh Al-Qurtubi. Disebutkan bahwa makna yang dimaksud ialah batu-batuan yang dapat menambah nyala api dan menambah derajat kepanasannya, dimaksudkan agar hal ini menambah keras siksaannya terhadap para penghuninya.

Al-Qurtubi mengatakan pula, telah disebut sebuah hadis dari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, bahwa beliau Shalallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:

"كُلُّ مُؤْذٍ فِي النَّارِ"

Setiap yang menyakitkan pasti ada dalam neraka.

Hadis ini kurang dihafal dan kurang dikenal di kalangan ulama ahli hadis. Kemudian Al-Qurtubi mengatakan bahwa hadis ini diinterpretasikan dengan dua makna. Makna pertama menyatakan bahwa setiap orang yang mengganggu orang lain dimasukkan ke dalam neraka. Makna yang kedua mengartikan bahwa setiap yang menyakitkan para penghuninya �seperti binatang buas, serangga beracun, dan lain-lain-nya� terdapat pula di dalam neraka.

Firman Allah, "U'iddat lil kafirin" menurut pendapat yang paling kuat damir yang terdapat di dalam lafaz u'iddat kembali kepada neraka yang bahan bakarnya terdiri atas manusia dan batu-batuan. Tetapi dapat pula diinterpretasikan bahwa damir tersebut kembali kepa-da al-hijarah, sebagaimana tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu Kedua pendapat tersebut tidak bertentangan dalam hal makna, karena keduanya saling mengait dengan yang lainnya.

U'iddat, disediakan buat orang-orang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Ishaq, dari Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas. Disebutkan bahwa makna firman-Nya, "Disediakan bagi orang-orang kafir" (Al-Baqarah: 24) ialah 'buat orang yang kafir di antara kalian'.

Banyak orang dari kalangan para imam sunnah yang menyimpulkan dalil dari ayat ini, bahwa neraka itu sekarang telah ada, yakni telah diciptakan Allah Subhanahu wa Ta'ala atas dasar firman-Nya: yang disediakan bagi orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 24) Dengan kata lain, neraka itu telah dipersiapkan dan disediakan buat mereka yang kafir.

Banyak hadis yang menunjukkan pengertian ini (bahwa neraka telah ada), antara lain ialah hadis yang menceritakan bahwa surga dan neraka saling membantah.

Hadis lainnya menyebutkan:

"اسْتَأْذَنَتِ النَّارُ رَبَّهَا فَقَالَتْ: رَبِّ أَكَلَ بَعْضِي بَعْضًا فَأَذِنَ لَهَا بِنَفَسَيْنِ نَفَسٌ فِي الشِّتَاءِ وَنَفَسٌ فِي الصَّيْفِ"

Neraka meminta izin kepada Tuhannya. Untuk itu ia berkata, "Wahai Tuhanku, sebagian dariku memakan sebagian yang lainnya." Akhirnya ia diizinkan untuk mengeluarkan dua embusan, yaitu embusan di waktu musim dingin dan embusan lainnya di waktu musim panas.

Demikian pula dalam hadis yang diceritakan oleh Abdullah ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu:

سَمِعْنَا وَجْبَةً فَقُلْنَا مَا هَذِهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَذَا حَجَرٌ أُلْقِيَ بِهِ مِنْ شَفِيرِ جَهَنَّمَ مُنْذُ سَبْعِينَ سَنَةً الْآنَ وَصَلَ إِلَى قَعْرِهَا"

Kami pernah mendengar suatu suara gemuruh, lalu kami bertanya, "Suara apakah itu?" Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab, "Itu adalah suara batu yang dilemparkan dari pinggir neraka Jahannam sejak tujuh puluh tahun yang silam, dan sekarang baru sampai ke dasarnya."

Hadis ini menurut lafaz Imam Muslim.

Juga hadis yang menceritakan salat gerhana Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, hadis mengenai malam isra, dan hadis-hadis lain yang menunjukkan makna yang sama dengan pengertian yang sedang dalam bahasan kita ini. Akan tetapi, golongan Mu'tazilah menentang pendapat ini karena kebodohan mereka sendiri, tetapi pendapat mereka didukung oleh Kadi Munzir ibnu Sa'id Al-Balluti, kadi di Andalusia.

*************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengatakan:

{فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ}

maka buatlah satu surat saja yang semisal dengan Al-Qur'an. (Al-Baqarah: 23)

dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam surat Yunus, yaitu:

{بِسُورَةٍ مِثْلِهِ}

sebuah surat semisal dengannya. (Yunus: 38)

makna yang dimaksud mencakup semua surat Al-Qur'an �baik surat yang panjang maupun yang pendek� mengingat lafaz surat diungkapkan dalam bentuk nakirah dalam konteks syarat. Lafaz seperti itu bermakna umum, sama halnya dengan nakirah yang diungkapkan dalam konteks nafi menurut ahli tahqiq dari kalangan ulama Usul; hal ini akan diterangkan nanti dalam pembahasannya sendiri.

Unsur i'jaz memang terkandung di dalam surat-surat yang panjang, juga surat-surat yang pendek. Sepengetahuan kami tidak ada ulama yang memperselisihkan pendapat ini, baik yang Salaf maupun yang Khalaf.

Tetapi Ar-Razi di dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengatakan: Buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu. (Al-Baqarah: 23) diartikan mencakup surat Al-Kausar, Al-'Asr, dan Al-Kafirun. Kita mengetahui bahwa membuat sesuatu yang semisal dengannya atau yang mendekatinya merupakan suatu hal yang mungkin dapat dilakukan dengan pasti. Karena itu, merupakan suatu hal yang bertentangan dengan kenyataan jika dikatakan bahwa membuat hal yang semisal dengan surat-surat tersebut merupakan suatu hal yang di luar kemampuan manusia. Apabila kita berpendapat seperti pendapat yang berlebihan ini, justru akibatnya akan mengurangi keagungan agama (Al-Qur'an) itu sendiri.

Berdasarkan pengertian inilah kami memilih cara lain dalam menginterpretasikannya; dan kami katakan jika surat-surat tersebut tingkatan kefasihannya mencapai tingkatan i'jaz, berarti bukan menjadi masalah lagi. Tetapi jika tidak demikian keadaannya, berarti ketidakmampuan orang-orang kafir untuk menyainginya merupakan suatu mukjizat tersendiri, mengingat dorongan yang ada pada diri mereka untuk melecehkan Al-Qur'an benar-benar kuat. Atas dasar kedua hipotesis ini unsur i'jaz tetap ada. Demikian nukilan secara harfiah dari Ar-Razi.

Menurut pendapat yang benar, setiap surat dari Al-Qur'an merupakan mukjizat, manusia tidak akan mampu menandinginya, baik surat yang panjang maupun yang pendek.

Imam Syafii rahimahullah mengatakan, "Jikalau manusia memikirkan makna yang terkandung di dalam surat berikut, niscaya sudah menjadi kecukupan bagi mereka," yaitu firman-Nya:

{وَالْعَصْرِ * إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ * إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ}

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (Al-'Asr: 1-3)

Kami meriwayatkan dari Amr ibnul As, bahwa sebelum masuk Islam dia pernah bertamu kepada Musailamah Al-Kazzab. Lalu Musailamah bertanya kepadanya, "Apakah yang telah diturunkan kepada teman kalian (Nabi Muhammad) di Mekah di masa sekarang?" Maka Amr menjawabnya, "Sesungguhnya telah diturunkan kepadanya suatu surat yang ringkas lagi balig." Musailamah bertanya, "Surat apakah?" Amr menjawab: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. (Al-'Asr: 1-2) Maka Musailamah berpikir sejenak, kemudian mengangkat kepalanya dan berkata, "Sesungguhnya telah diturunkan pula kepadaku hal yang semisal dengannya." Amr bertanya, "Apakah itu?" Musailamah berkata, "Hai kelinci, hai kelinci, sesungguhnya kamu hanya terdiri atas dua telinga dan dada, sedangkan selain itu pendek dan kurus." Kemudian Musailamah bertanya, "Bagaimanakah menurut pendapatmu, hai Amr." Amr menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya kamu mengetahui bahwa diriku mengetahui kamu berdusta."

Jumat, 27 Mei 2022

Alasan Mengapa Waktu Pasti Kiamat Dirahasiakan oleh Allah Ta'ala


Alasan Mengapa Waktu Pasti Kiamat Dirahasiakan oleh Allah Taala
Alasan mengapa waktu pasti kiamat dirahasiakan oleh Allah Taala karena kiamat merupakan perkara gaib. Foto/Ilustrasi: Ist

Padahal ciri dari orang beriman yang membedakannya dengan orang kafir adalah beriman pada yang gaib. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 3 berbunyi: 

الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَ يُـقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَ مِمَّا رَزَقْنٰھُمْ يُنْفِقُوْنَ

Artinya: “(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka”.

Selanjutnya, alasan Allah merahasiakan waktu pasti kiamat adalah agar manusia tidak mengulur-ngulur waktu untuk beriman dan beramal shaleh. Sebab jika manusia telah diberitahu kapan waktu kiamat terjadi, maka akan terjadi penundaan terhadap amal shaleh dan akan terus bersantai dalam hidup jika ia tahu bahwa kiamat masih 100 tahun lagi datangnya.

Kemudian jika seseorang mengetahui bahwa kiamat akan terjadi pekan depan, maka ia akan bertaubat dan beribadah lebih cepat karena ia tahu hidupnya akan berakhir singkat. Dari kecenderungan kedua sikap manusia inilah maka Allah SWT merahasiakan waktu pasti terjadinya kiamat dari setiap makhluk.

Karena tidak ada satu pun yang mengetahui kapan kiamat itu akan terjadi, maka disarankan agar setiap umat Islam mampu mempersiapkan diri sebaik mungkin. Bukan justru menyibukkan diri untuk memprediksi kehadiran kiamat. Terbukti, beberapa fenomena orang-orang yang memprediksi kiamat yang pernah ada semuanya hanyalah isapan jempol semata.

Baca jugaInilah Tanda-tanda Kiamat Besar dan Kiamat Kecil 

Tanda-Tanda
Dalam buku Prediksi Akhir Zaman karya Muhammad Abduh Tuasikal dijelaskan, tanda-tanda bahwa kiamat sudah dekat terus bermunculan. Diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah di antara tanda semakin dekatnya kiamat. Karena dalam sebuah hadis, beliau sendiri mengatakan bahwa jarak antara pengutusan beliau dan datangnya kiamat adalah bagaikan jarak antara dua jari yakni jari tengah dengan jari telunjuk.

Hal ini juga dijabarkan oleh Ibnu Abbas yang mengatakan: “Diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah tanda-tanda kiamat. Tatkala Malaikat Jibril melewati penduduk untuk diutus kepada Nabi, penduduk langit pun mengucap takbir dan mengatakan bahwa sebentar lagi akan terjadi kiamat”.

Jika pengutusan Rasulullah SAW juga bagian dari pertanda bahwa kiamat itu sudah dekat, maka bagaimana bisa itu terjadi sedangkan sudah 1.000 tahun lebih sejak Nabi diutus hingga kini namun kiamat belum terjadi?

Maka dijelaskan bahwa pemaknaan kata dekat berdasarkan ilmu dan ketentuan Allah berbeda dengan apa yang dipahami manusia. Bisa jadi apa yang dekat bagi Allah, dianggap jauh oleh manusia. Hal ini juga ditegaskan dalam Al-Qur'an Surah Al-Ma’arij ayat 6-7, Allah berfirman:

إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُۥ بَعِيدًا
وَنَرَاهُ قَرِيبًا

Artinya: “Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi)”.

Baca jugaBegini Gambaran Dekatnya Hari Kiamat 

Maka kiamat bisa dikatakan dekat karena dilihat dari lamanya kehidupan sebelum umat Nabi Muhammad SAW itu ada.

Misalnya jika dianalogikan bahwa umur dunia ini sudah 50 tahun lamanya, maka dari usia itu dunia sudah berjalan selama 45 tahun. Artinya, sisa lima tahun ini jika dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya jelas lebih sedikit.

Dalam hal ini, Nabi pun menjelaskan dalam sebuah hadis:

إِنَّمَا أَجَلُكُمْ فِى أَجَلِ مَنْ خَلاَ مِنَ الأُمَمِ مَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعَصْرِ إِلَى مَغْرِبِ الشَّمْسِ

“Sesungguhnya ajal kalian—umat Islam—(dengan datangnya hari kiamat) jika dibandingkan dengan waktu yang ditempuh oleh umat-umat sebelum kalian bagaikan jarak antara salat Ashar dengan waktu maghrib (saat tenggelamnya matahari)”. (HR. Bukhari no. 3459, dari Ibnu ‘Umar)

Maka, umat Islam dalam hadis ini dikategorikan sebagai umat yang muncul pada waktu Ashar. Sedangkan masa umat-umat terdahulu yang dimulai dari Nabi Adam antara waktu hidup pada masa rentang Subuh hingga Ashar.

Baca jugaInilah Rentetan Peristiwa Menjelang Hari Kiamat Besar 

Sudah Muncul
Allah Ta’ala telah menyebutkan dalam Al-Qur’an Al Karim bahwa kiamat sudahlah dekat dan di antara tanda kiamat pun sudah muncul. Di antaranya adalah terbelahnya bulan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Ta’ala berfirman,

اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ

“Telah dekat (datangnya) kiamat dan telah terbelah bulan.” (QS Al Qamar: 1)

Terdapat hadis yang juga menyebutkan hal ini, sebagaimana yang disebutkan dalam sahih Bukhari.

Dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata,

انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِرْقَتَيْنِ ، فِرْقَةً فَوْقَ الْجَبَلِ وَفِرْقَةً دُونَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « اشْهَدُوا »

“Bulan terbelah menjadi dua bagian pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Satu belahan terdapat di atas gunung dan belahan lainnya berada di bawah gunung. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ’Saksikanlah’.” (HR. Bukhari no. 4864)

Berita ini juga dikeluarkan oleh At Tirmidzi dari sahabat Anas, beliau berkata,

سَأَلَ أَهْلُ مَكَّةَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- آيَةً فَانْشَقَّ الْقَمَرُ بِمَكَّةَ مَرَّتَيْنِ فَنَزَلَتِ (اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ) إِلَى قَوْلِهِ (سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ)

“Penduduk Makkah meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu bukti. Akhirnya bulan terbelah di Makkah menjadi dua bagian, lalu turunlah ayat : ‘Telah dekat datangnya hari kiamat dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mu’jizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus”. QS. Al Qamar: 1-2)

Hadis ini diriwayatkan Tirmidzi no. 3286. Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan shahih. Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan At Tirmidzi mengomentari bahwa hadits ini shahih. Riwayat ini juga dibawakan oleh Jalaluddin As Suyuthi dalam Asbabun Nuzul, hal. 184, Darul Ibnu Haitsam.

Baca jugaWaktu Begitu Cepat Berlalu, Kiamat Sudah Dekat? 

Hadis terbelahnya bulan telah diriwayatkan oleh sekelompok sahabat di antaranya: Abdullah bin ‘Umar, Hudzaifah, Jubair bin Muth’im, Ibnu ‘Abbas, Anas bin Malik, dan juga diriwayatkan oleh seluruh ahli tafsir. Namun, sebagian orang merasa ragu tentang hal ini dan menyatakan bahwa terbelahnya bulan itu terjadi pada hari kiamat nanti sebagaimana hal ini diriwayatkan oleh ‘Utsman bin ‘Atho’ dari ayahnya, dll.

Namun, perkataan semacam ini adalah perkataan yang syadz (yang menyelisihi pendapat yang lebih kuat) dan pendapat ini tidak bisa menggantikan kesepakatan yang telah ada. Alasannya adalah kata ‘terbelah’ (pada ayat di atas) adalah kata kerja bentuk lampau (dan berarti sudah terjadi). Sedangkan menyatakan bahwa kata kerja lampau ini berarti akan datang membutuhkan dalil, namun hal ini tidak diperoleh. –Inilah perkataan Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir- (Lihat tafsir surat Al Qomar ayat 1 di Zaadul Masiir, 5/449, Maktabah Syamilah).

Mengaku Nabi
Begitu pula ada tanda-tanda yang akan terus menerus muncul dan bukan hanya sekali. Semacam ada orang-orang yang mengaku sebagai Nabi. Sebagaimana hal ini sudah muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Musailamah Al Kadz-dzab yang mengaku sebagai Nabi.

Begitu pula ajaran Ahmadiyah dari India, ajaran seorang wanita yang bernama Lia Aminudin yang mengaku sebagai penyampai wahyu yang diberikan kepada anaknya yang diangkat sebagai Nabi dan akhir-akhir ini muncul pula aliran yang bernama Al Qiyadah Al Islamiyah yang juga mempunyai rasul yang baru muncul tahun 2000.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ ثَلاَثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ

“Kiamat tidak akan terjadi sampai muncul dajjal-dajjal pendusta yang berjumlah sekitar 30 orang. Semuanya mengklaim bahwa dirinya adalah Rasulullah.” (HR. Bukhari no. 3609 dan Muslim no. 157)

Baca juga8 Prediksi Kiamat dari Pandangan Ilmu Pengetahuan 

Telanjang
Begitu pula banyaknya wanita yang berpakaian namun hakikatnya telanjang karena pakaiannya yang tipis dan ketat, itu juga merupakan tanda semakin dekatnya kiamat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)

Baca jugaAl-Qur'an Menjawab Para Pengingkar Hari Kiamat 

Perzinaan
Begitu pula halnya dengan merebaknya perzinaan dan pornografi yang nampak saat ini, itu juga merupakan tanda semakin dekat hancurnya dunia. Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَقِلَّ الْعِلْمُ ، وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا ، وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ ، حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ

“Di antara tanda-tanda hari kiamat adalah: sedikitnya ilmu dan tersebarnya kebodohan, merebaknya perzinaan, wanita akan semakin banyak dan pria akan semakin sedikit, sampai-sampai salah seorang pria bisa mengurus (menikahi) 50 wanita (karena kejahilan orang itu terhadap ilmu agama).” (HR. Bukhari no. 81)

Kiamat memang sudah dekat. Pertanyaannya, sudah siapkah kita menghadapi hari kiamat? Ini seperti yang disampaikan Nabi Muhammad SAW pada umatnya.

Suatu hari, ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi, “Kapan hari akhir akan datang?”

Nabi balik bertanya, “Apa yang sudah kau lakukan untuk menghadapinya?” Sahabat menjawab, “Tidak ada kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.”

Dan, Rasul menjawab, “Kalau begitu, kelak kau akan berkumpul bersama yang kau cintai.”

Baca jugaTanda Kiamat dan Fenomena Perempuan Akhir Zaman
(Ustadz Yachya yusliha)