Rabu, 31 Agustus 2022

Hari ini kita sudah memasuki 3 Safar 1444 Hijriyah

Shafar (صفر) atau Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Islam (Hijriyah). Hari ini kita sudah memasuki 3 Safar 1444 Hijriyah bertepatan 31 Agustus 2022.

Meski tidak seagung bulan Muharram, bulan Safar memiliki keutamaan tersendiri. Shafar merupakan satu suku kata dengan Shifr (صفر) yang berarti kosong. Dinamakan Shafar atau shifr, karena pada bulan ini orang-orang Arab terdahulu mengosongkan rumah-rumah mereka yang beralih ke medan perang.

Pada bulan ini, banyak terjadi peperangan di masa Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Di antaranya (1) Perang Al-Abwa atau Waddan (2) Peristiwa Mata Air Roji' (3) Perang Bi'r Ma'unah (Peristiwa Sumur Maunah) (4) Penaklukan Kaum Yahudi di Perang Khaibar (5) Pengepungan Khats'am (6) Masuk Islamnya Bani Udzrah. Dan masih banyak peristiwa lainnya.

Berikut Keutamaan Bulan Safar:

1. Bulan Menolak Khurafat
Istilah khurafat berarti cerita rekaan atau khayalan. Dulu orang Arab Jahiliyah menganggap bulan Safar sebagai bulan sial. Hal ini dibantah langsung oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits berikit:

لا عدوى ولا طيرة ولا هامَة ولا صَفَر

Artinya: "Tidak ada kesialan karena 'adwa (keyakinan adanya penularan penyakit), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada hammah (keyakinan jahiliyah tentang rengkarnasi) dan tidak pula Safar (menganggap bulan Safar sebagai bulan haram atau keramat)." (HR Al-Bukhari)

2. Bulan Menolak Pesimis
Bulan Safar juga dikenal dengan sikap pesimisnya orang Arab Jahiliyah. Mereka melakukan kemungkaran besar di bulan Safar dengan menjadikan Safar sebagai pengganti bulan mulia Muharam. 

Dalam Hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: "Mereka dahulu berpendapat bahwa umrah di bulan Haji kedurhakaan paling besar di muka bumi. Mereka menjadikan Muharam sebagai bulan Shafar. Mereka mengatakan: Jika unta jamaah haji telah kembali, bekas-bekas tapak kakinya telah hilang, bulan Shafar telah habis, maka dihalalkan umrah bagi yang ingin menunaikan umrah." (HR Al-Bukhari, Muslim) 

3. Bulan yang Baik untuk Menikah
Keutamaan bulan Safar lainnya adalah momentum yang baik untuk menikah sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah SAW. Pada bulan Safar, Beliau menikahkan putrinya Sayyidah Fatimah radhiyallahu 'anha dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib pada Tahun ke-2 Hijriyah. Dalam riwayat juga disebut Nabi menikahi Sayyidah Khadijah pada bulan Safar. Ada yang mengatakan bulan Rabiul Awal. Beliau juga Hijrah dari Makkah ke Madinah pada bulan Safar dan tiba di Madinah pada bulan Rabiul Awal.

Doa yang Diajarkan Rasulullah SAW 
Berikut doa yang diajarkan Rasulullah SAWketika kita memasuki bulan Safar. Doa ini disunnahkan dibaca di malam pergantian bulan.Dari Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu 'anhu, dia berkata: 

النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا رأى الهلال قال: (اللهم أهله علينا بالامن والإيمان والسلام والإسلام ربي وربك الله) 

Artinya: "Nabi shollallahu 'alaihi wasallam apbila melihat bulan hilal berdoa: "Ya Allah, tampakkan al-Hilal itu kepada kami (jadikanlah ini bulan) membawa keamanan dan keimanan, dengan keselamatan dan Islam." (HR At-Tirmidzi 3451, Hasan)

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيمَانِ، وَالسَّلامَةِ وَالإِسْلَامِ، رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ هِلَالُ رُشْدٍ وَخَيْرٍ

Allaahumma Ahillahuu 'Alainaa bil Amni wal iimaani, was Salaami, wal Islaami, Rabbii wa Rabbukallaahu Hilaalu Rusydin wa Khair.

Artinya: "Ya Allah, jadikanlah ini bulan membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, wahai bulan petunjuk dan kebaikan." (HR Ahmad dan At-Tirmidzi)

Baca Juga: Sejarah Kalender Hijriyah dan Arti 12 Bulan Islam
(YD1JNI YACHYA YUSLIHA)

Selasa, 30 Agustus 2022

HUKUM GADE DALAM PANDANGAN ISLAM

Gadai biasanya dilakukan bagi orang yang meninggalkan jaminan berupa barang untuk utang. Sistem ini bertujuan untuk melunasi utang yang tidak bisa dibayar oleh orang yang berutang.

Dalam bahasa Arab, gadai berarti rahnsedangkan orang yang berutang adalah rahin. Apakah hal ini dibolehkan dalam Islam? Al-Qur'an menyinggung hal ini sebagaiman firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 283. 

وَاِنْ كُنْتُمْ عَلٰى سَفَرٍ وَّلَمْ تَجِدُوْا كَاتِبًا فَرِهٰنٌ مَّقْبُوْضَةٌ ۗفَاِنْ اَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِى اؤْتُمِنَ اَمَانَتَهٗ وَلْيَتَّقِ اللّٰهَ رَبَّهٗ ۗ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَۗ وَمَنْ يَّكْتُمْهَا فَاِنَّهٗٓ اٰثِمٌ قَلْبُهٗ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ࣖ

Artinya: "Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang. Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Baqarah Ayat 283)

Dalam Tafsir as-Sadi menyebutkan bahwa tujuan gadai adalah menjamin kepercayaan. Apabila pihak pemberi pinjaman merasa percaya terhadap pengutang serta suka melakukan transaksi tanpa barang jaminan, hal ini juga sah-sah saja.

Beberapa hadis juga menyinggung permasalahan hukum gadai ini, di antaranya Hadis dari Aisyah radhiyallahu 'anha: "Rasulullah SAW pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan tempo, lalu beliau menjadikan baju besinya sebagai gadainya." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Riwayat lain dari Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda: "Kendaraan dapat digunakan dan hewan ternak dapat pula diambil manfaatnya apabila digadaikan. Penggadai wajib memberikan nafkah dan penerima gadai boleh mendapatkan manfaatnya." (HR Al-Bukhari)

Orang yang akan melakukan gadai juga harus memenuhi syarat seperti, baligh, berakal, tidak sedang safar daan rasyd yang berarti dapat membelanjakan hartanya secara benar. 

Barang yang digadaikan sendiri harus memenuhi syarat seperti, barang adalah milik pegadai atau milik orang lain yang telah diizinkan, serta dapat diperjual belikan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa gadai bila dilaksanakan sesuai ketentuan syariah hukumnya adalah jaiz atau boleh asal tidak berbaur dengan riba atau pemberian bunga. Jika gadai bertujuan untuk mencari keuntungan seperti mengambil bunga setiap bulan, maka hukumnya haram. 

Wallahu A'lam

Baca Juga: 11 Adab Tentang Utang Piutang yang Wajib Anda Ketahui
(rhs)

Peristiwa Bulan Safar: Meletusnya Perang Pertama dalam Islam


Peristiwa Bulan Safar: Meletusnya Perang Pertama dalam Islam
Perang pertama kali dalam Islam terjadi pada bulan Safar. Foto/Ilustrasi: Ist
Pada tahun ini, 1 Safar 1444 H jatuh pada hari Ahad 29 Agustus 2022. Bulan Safar terdiri dari 29 hari. Ada sejumlah peristiwa penting di bulan ini, antara lain meletusnya Perang Al-Abwa, yakni perang pertama dalam Islam. 

Waddan atau Abwa merupakan salah satu daerah yang terletak di antara kota Mekkahdan Madinah. Oleh karenanya, perang ini diberi nama Perang Abwa atau Perang Wuddah. 

Baca jugaPerang Badar (1): Menguji Kesetiaan Kaum Anshar 

Syekh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi dalam "Fiqhus Sirah Nabawiyah ma’a Mujazin li Tarikhil Khilafahir Rasyidah" menjelaskan, bahwa hadis-hadis shahih dan atsar menyebutkan perintah perang turun setelah hijrahnya Rasulullah SAW. 

Di antaranya adalah hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, kemudian dipublish oleh Syekh al-Buthi:

اَلْأَنَ نَغْزُوْهُمْ وَلَايَغْزُوْنَا 

Artinya, “Saat ini, kita yang akan memerangi mereka, bukan mereka yang akan memerangi kita.” (HR Bukhari ) 

Menurut al-Buthi, hadis ini akhirnya direalisasikan pada bulan Safar tahun kedua hijriah bertepatan dengan bulan Agustus, tahun 623 M, tepatnya 12 bulan setelah Rasulullah menetap di Madinah setelah hijrah. 

Hadis ini terkait dengan firman Allah sebagai ayat pertama yang mengizinkan umat Islam untuk berperang. Allah berfirman:

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ 

Artinya, “Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sungguh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu.” ( QS Al-Hajj : 39). 

Syaikh Wahbah Zuhaili dalam tafsir "At-Tafsirul Munir" menjelaskan bahwa ayat ini merupakan ayat pertama yang memberi izin kepada umat Islam untuk melakukan perang. Tepatnya pada tahun kedua setelah hijrahnya Rasulullah ke Madinah. 

Latar belakang turunnya ayat ini tidak lain disebabkan banyaknya hinaan dan cacian sekaligus ancaman yang kerap diluncurkan oleh orang kafir dan musyrik kepada umat Islam saat itu.

Baca jugaAbu Jahal, Sang Penyulut yang Tewas dalam Perang Badar 

Strategi Rasulullah 
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk memberikan perlawanan kepada kaum kafir Quraish yang kian brutal menekan umat Islam, tibalah waktunya umat Islam unjuk badan menghadapi mereka. 

Peperangan ini kemudian disebut dengan perang Abwa (ghazwatul Abwa’) atau ada juga yang menamainya dengan perang Waddan (ghazwatul Waddan). 

Syekh Sulaiman bin Musa al-Andalusi dalam "al-Iktifa min Maghazi Rasulillah wal Khulafa" mengisahkan, sebelum Rasulullah dan para sahabat bergegas menuju lokasi perang, beliau merencanakan strategi yang akan digunakan saat perang meletus. Kesepakatan terakhir yang diambil Rasulullah dan para sahabat adalah strategi menyekat kaum Quraisy.

Umat Islam berpencar dan menempati tempat yang berbeda, tujuannya tidak lain kecuali agar orang kafir Quraisy bisa dikepung di tempat tersebut. Namun, rencana matang yang umat Islam sepakati tidak terlaksana, hal itu disebabkan orang-orang kafir telah pergi dan pulang sebelum umat Islam datang. 

Akibatnya, strategi yang sudah disepakati tidak bisa diterapkan serta upaya pengepungan mereka tidak terlaksana.

Baca jugaPerang Badar (2): Bukti Dahsyatnya Kekuatan Doa dan Keyakinan 

Kesepakatan
Setelah umat Islam tidak mendapati seorang pun di tempat perang, mereka pulang tanpa terjadi peperangan. Namun, tanpa Rasulullah dan sahabat sadari, mereka disekat oleh kaum kafir yang diprakarsai oleh Makhsy bin Amr adl-Dlamrah, dan beberapa koalisi kaum kafir dari Bani Dlamrah. 

Melihat reaksi mereka yang datang secara tiba-tiba, umat Islam langsung sigap dan siap untuk meluluhlantakkan dan memukul mundur pasukan yang dipimpin oleh Makhsy bin Amr. 

Hanya saja, kedatangan mereka ternyata bukan untuk berperang melawan Rasulullah dan umat Islam. Mereka hanya ingin membuat kesepakatan dengan Rasulullah agar antarmereka dan umat Islam tidak berperang sehingga keputusan damai disepakati oleh Rasulullah dan pasukan Bani Dlamrah. 

Syekh ‘Ali bin Ibrahim bin Ahmad al-Halabi (wafat 1044 H) dalam kitab "Insanul ‘Uyun fi Siratil Aminil Ma’mun" mengatakan, di antara isi perjanjian itu adalah sebagai berikut:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Ini adalah surat perjanjian dari Muhammad Rasulullah untuk Bani Dlamrah. Sesungguhnya, harta dan jiwa mereka dijamin keamanannya, dan sesungguhnya mereka akan mendapatkan pertolongan menghadapi orang-orang yang menyerang mereka, kecuali jika mereka memerangi agama Allah. Dan, jika Rasulullah meminta pertolongan kepada mereka, mereka pun akan menolongnya. Mereka mendapat jaminan keamanan dari Allah dan Rasul-Nya dan diberi pertolongan dari mereka yang baik dan menjaga (perjanjian)."

Baca jugaDia Muslim Tapi Dalam Perang Badar Jadi Prajurit Kafir Quraisy
(YD1JNI YACHYA YUSLIHA)

Senin, 29 Agustus 2022

SUBHANALLAH TINGGAL KLI LING KITA ADA DI POSISI MEKAH

MaasyaaAllah..... tinggal pencet link langsung kita diposisi mekkah...
Siapapun yg bikin ini, jazakumullah... Silahkan buka satu per satu link nya.
Smartphonenya di gerakan ke atas, bawah, kanan, kiri, bisa di zoom juga. Akan merasakan seolah-olah sedang berada disana.

1.) Yang ingin melihat Hijir Ismail tekan 👇

2.) Yang ingin melihat sudut rukun yamani tekan 👇

http://www.shutterksa.com/panorama/YemeniCornerhttp://www.shutterksa.com/panorama/YemeniCorner










3,) Yang mau persis berada di depan Ka'bah silahkan tekan 👇



http://www.shutterksa.com/panorama/Makkah/WallofAlahtimhttp://www.shutterksa.com/panorama/Makkah/WallofAlahtim




4.) Yang mau lihat Makam Rasul SAW tekan 👇

http://shutterksa.com/panorama/Almadinah/FronttheProphetMuhammad





5.) Yang ingin berada di atas Ka'bah, tekan 👇

http://www.shutterksa.com/panorama/RoofOfKaaba









Silahkan dishare, semoga mengobati kerinduan bagi yang pernah kesana dan bagi yg blum bersiap-siap semoga thn ini bisa pergi ke  sana. 
Aamiin.

Putar hp saat melihat seolah olah kita berada langsung disana

DUKUN MENJADI SALAH SATU TOPIK YANG BANYAK DI PERBINCANGKAN

Dukun menjadi salah satu topik yang banyak diperbincangkan belakangan ini. Di Indonesia, dunia perdukunan bukanlah hal yang baru, eksistensinya sudah terlahir sejak dulu.

Dukun dalam KBBI adalah orang yang mengambil berita dari setan yang menyadap pendengaran dan memberikan perkara ghaib. Dukun dikenal dengan beberapa istilah seperti 'Arraf, Kahin, Munajjam (ahli ilmu nujum), rammal, hingga Sahir (tukang sihir). Lantas, bagaimana syariat Islam memandang dunia perdukunan ini?

Imam an-Nawawi menyebutkan banyak hadis sahih yang melarang mendatangi atau meminta bantuan kepada dukun. Alasannya karena kemampuan ghaib mereka berasal dari bisikan setan.

Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam pernah bersabda: "Itu adalah sesuatu yang didengar oleh jin kemudian dibisikkan kepada para walinya dan mereka mencampurnya dengan seratus kebohongan." (HR Al-Bukhari)

Selain itu, masih banyak bukti lain yang disampaikan mengenai kedustaan dukuntersebut. Berikut beberapa di antaranya:

1. Dukun Mengaku Bisa Mengetahui Perkara Ghaib
Dukun mengaku bahwa dia bisa melihat dan mengetahui berbagai perkara ghaib. Adapun hal ini jelas bertentangan dengan Al-Qur'an Surat Al-Jin Ayat 26 berikut:

عٰلِمُ الۡغَيۡبِ فَلَا يُظۡهِرُ عَلٰى غَيۡبِهٖۤ اَحَدًا

Artinya: "Dia Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu." (QS Al-Jin Ayat 26)

2. Menyeru Manusia untuk Mempercayai Selain Allah
Kemampuan dukun yang mengaku bisa mengetahui hal ghaib sebenarnya berasal dari bisikan setan. Padahal setan sendiri sering menipu manusia dalam kesesatan. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

اَلَمۡ اَعۡهَدۡ اِلَيۡكُمۡ يٰبَنِىۡۤ اٰدَمَ اَنۡ لَّا تَعۡبُدُوا الشَّيۡطٰنَ‌‌ۚ اِنَّهٗ لَـكُمۡ عَدُوٌّ مُّبِيۡنٌ

Artinya: "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu." (Surat Yasin Ayat 60)

3. Dukun Membuat Kedustaaan
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

إِنَّ المَلاَئِكَةَ تَنْزِلُ فِي العَنَانِ: وَهُوَ السَّحَابُ، فَتَذْكُرُ الأَمْرَ قُضِيَ فِي السَّمَاءِ، فَتَسْتَرِقُ الشَّيَاطِينُ السَّمْعَ فَتَسْمَعُهُ، فَتُوحِيهِ إِلَى الكُهَّانِ، فَيَكْذِبُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ

Artinya: "Sesungguhnya para Malaikat turun di awan, maka mereka berbicara tentang perkara yang telah ditetapkan di langit, lalu setan berusaha mencuri dengar sampai mereka dapat mendengarnya. Kemudian mereka memberikannya kepada para dukun, lalu para dukun itu menambah satu berita benar tersebut dengan seratus kedustaan dari diri-diri mereka." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Tidak Diterima Sholatnya Selama 40 Malam
Orang yang mendatangi dukun dan mempercayai apa yang disampaikannya merupakan perbuatan terlarang dalam Islam. Dalam Hadis terdapat ancaman serius bagi orang yang mendatangi dukum. Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: 

عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ « مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً 

Artinya: "Diriwayatkan lagi oleh sebagian istri Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, dari Beliau: "Barang siapa yang mendatangi tukang tenung untuk bertanya tentang sesuatu, maka tidak diterima darinya sholat selama empat puluh malam." (HR. Muslim)

Riwayat lain, Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

Artinya: "Barang siapa mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu membenarkan perkataannya, berarti dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam." (HR Ahmad dalam Musnad-nya 9541)

Demikian ulasan tentang dukun dan kedustaannya. Semoga Allah menjauhkan kita dari perkara tersebut. 

Wallahu A'lam

Baca Juga: 8 Cara Syirik, Penyihir Berkolaborasi dengan Jin 


(YD1JNI YACHYA YUSLIHA)

Minggu, 28 Agustus 2022

5.KETURUNAN NABI MUHAMMAD SAW YANG PUNYA PESANTREN

Berikut ini lima keturunan Nabi Muhammadyang punya pesantren besar di Indonesia. Satu di antaranya pendiri pondok pesantren tertua di Indonesia. 

Para keturunan Nabi Muhammad yang biasa dipanggil Habib dan Sayyid ini telah banyak memberi kontribusi positif di Indonesia. Mereka tidak hanya dikenal berdagang, namun juga menyebarkan dakwah Islam dengan damai. 

Dakwah mereka yang lembut membuat para Habaib dan Sayyid keturunan Nabi ini mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia termasuk di Pulau Jawa.

Ada yang mendirikan pondok pesantren, majelis ilmu dan sekolah-sekolah Islam. Hingga kini para keturunan Nabi Muhammad di Indonesia terus berkiprah menebarkan dakwah Islam.

Berikut lima keturunan Nabi Muhammadyang punya pesantren besar di Indonesia:

1. Sayyid Sulaiman Basyaiban, Ponpes Sidogiri Jawa Timur
5 Keturunan Nabi Muhammad yang Punya Pesantren Besar di Indonesia

Sayyid Sulaiman Basyaiban (wafat 1766)adalah ulama keturunan Nabi Muhammad pendiri Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur. Beliau lahir di Cirebon dan memiliki nasab tersambung kepada Nabi Muhammad SAW lewat marga Basyaiban. 

Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman bin Sayid Umar bin Muhammad bin Abu Bakar Basyaiban mendirikan Pesantren Sidogiri Pasuruan, salah satu pesantren tertua di Indonesia. Ayahnya Sayyid Abdurrahman, seorang perantau dari Tarim Hadhramaut Yaman. Sedangkan ibunya Syarifah Khodijah, adalah putri Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati. Dari garis ibu, Sayyid Sulaiman merupakan cucu Sunan Gunung Jati.

Sayyid Sulaiman membabat tanah Sidogiri yang saat itu masih hutan belantara pada 1158 H atau 1745 M. Sumber lain menyebut Ponpes ini berdiri Tahun 1718. Sayyid Sulaiman mendirikan Ponpes Sidogiri dibantu oleh Kiyai Aminullah, santri sekaligus menantu Sayyid Sulaiman yang berasal dari Pulau Bawean.

Sidogiri dijadikan lokasi pondok pesantren karena diyakini tanahnya baik dan berkah. Pesantren ini sudah banyak melahirkan ulama di antaranya Syaikh Cholil Bangkalan, gurunya para Kiyai di Jawa, KH Miftahul Akhyar, KH Idrus Romli, KH Zubair Muntashor, DR KH Abdul Ghofur dan masih banyak lainnya. 

2. Habib Taufiq Assegaf, Ponpes Suniyyah Salafiyah Pasuruan
5 Keturunan Nabi Muhammad yang Punya Pesantren Besar di Indonesia

Keturunan Nabi yang punya pesantren berikutnya adalah Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf. Beliau dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Suniyyah Salafiyah Kota Pasuruan Jawa Timur. 

Habib kelahiran Pasuruan 1969 ini dikenal sebagai ulama kharismatik yang memiliki banyak pengikut. Beliau pernah aktif di Nahdlatul Ulama Jatim sebagai mustasyar (penasihat). Kini dipercaya menjadi Ketua Umum Rabithah Alawiyah, lembaga pencatab nasab para Habaib di Indonesia.

Beliau mendirikan Ponpes Suniyyah Salafiyah Pasuruan pada Tahun 1993. Pesantren ini dikelilingi hamparan persawahan dan pepohonan rindang yang meneduhkan. Pesantren Sunniyah Salafiyah berbasis salaf dengan mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama. Pondok ini juga mengadopsi konsep Accelerated Learning (percepatan pembelajaran) dan KBK (kuikulum berbasis kompetensi).

3. Habib Hasan Baharun, Pesantren Dalwa Bangil Jawa Timur
5 Keturunan Nabi Muhammad yang Punya Pesantren Besar di Indonesia

Habib Hasan bin Ahmad Baharun adalah seorang ulama keturunan Nabi Muhammad yang lahir di Sumenep Madura, 11 Juni 1934. Beliau dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Darullughah Wadda'wah yang di Desa Raci, Bangil, Pasuruan Jawa Timur.

Habib Hasan bin Ahmad Baharun merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari pasangan Habib Ahmad bin Husein bin Thohir bin Umar Baharun dengan Fathmah binti Bakhabazi. Karena kecintaan beliau terhadap Bahasa Arab, Habib Hasan Baharun mendirikan pesantren pada tahun 1982. Awalnya santri didikannya hanya belajar seadanya di rumah sewa di Kota Bangil. Seiring waktu, jumlah santri bertambah. 

Hingga saat ini lahan pesantren kurang lebih 4 Hektar telah terisi bangunan dan asrama santri sekitar 1500 yang berasal dari 30 provinsi di Indonesia, bahkan dari luar negeri seperti negara-negara Asia Tenggara.Saat ini, Ponpes Dalwa dipimpin oleh putra-putra beliau di antaranya, Habib Ali Baharun, Habib Zen Baharun, Habib Segaf Baharun dan Habib Husen Baharun.

4. Habib Quraisy Baharun, Ponpes As-Shidqu Kuningan Jawa Barat
5 Keturunan Nabi Muhammad yang Punya Pesantren Besar di Indonesia

Habib Quraisy Baharun merupakan pendiri Ponpes As-Shidqu Kuningan Jawa Barat. Beliau merupakan putra dari Habib Qasim Baharun. Pesantren As-Shidqu didirikan pada Tahun 2010 di bawah asuhan Habib Quraisy bin Gasim Baharun. 

Habib Quraisy juga murid ulama besar Yaman Habib Umar bin Hafizh. Pesantren As-Shidqu fokus pada pendidikan tahfizh Al-Qur'an, kajian kitab Bahasa Arab, fiqih, hadis dan lainnya.Pesantren ini memiliki tempat yang sangat representatif. Modelnya seperti boarding school dengan fasilitas yang cukup memadai. Gedungnya juga cukup bagus.

5. Habib Naufal Al-Kaff, Pesantren Darul Habib Sukabumi Jawa Barat
5 Keturunan Nabi Muhammad yang Punya Pesantren Besar di Indonesia

Habib Naufal bin Abdullah bin Ahmad Al-Kaff adalah cucu seorang ulama besar Palembang, Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaff, yang haulnya diadakan besar-besaran setiap bulan Jumadil Akhir di Palembang.

Kisah Habib Naufal (sering ditulis Habib Nopel) membangun Pesantren Darul Habib Islamic Boarding School bermula dari dimasukkannya beliau ke Pesantren Ar-Riyadh oleh orangtuanya. Ketika itu beliau memasuki masih sekolah dasar. 

Di Pesantren Ar-Riyadh beliau mendapat didikan dari dai besar dan para pendakwah.Salah satu kelebihan Pesantren Ar-Riyadh adalah kemampuan berbahasa Arab yang amat ditekankan kepada santrinya. Hal itu dijadikannya prioritas di Pesantren Darul Habib yang diasuhnya sekarang.

Pesantren Darul Habib Sukabumi terletak di Ciambar, Parung Kuda, Sukabumi. Penataan bangunan dan tanaman serta tanah berbukit-bukit tampak begitu asri. Pesantren ini tak ubahnya taman yang indah. Padahal dulunya daerah ini adalah daerah terpencil yang jarang dijamah orang. 

Habib Naufal mulai membangun pesantren Darul Habib pada 1998 dan diresmikan Tahun 2000. Pendidikan yang ditekankan di pesantren ini meliputi ilmu Al-Qur'an, Al-Hadits, Bahasa Arab, Akhlaq, Fiqh, Nahwu, Sharaf, Balaghah, Tauhid dan lainnya.

Demikian lima keturunan Nabi Muhammad yang punya pesantren besar di Indonesia. Selain di atas, masih banyak habaib yang punya pesantren. Di antaranya Habib Mahdi bin Hamzah Assegaf (Pesantren Ar-Raudhoh Bogor); Prof DR Habib Ahmad Al-Kaff (Pondok Pesantren Hikmatun Nuur Jakarta Timur); Habib Ridho bin Yahya (Pesantren Al Falah Bogor, Jawa Barat); Habib Jindan bin Novel Salim Jindan (Pesantren Al Fachriyah Tangerang); Habib Novel Alaydrus (Pesantren Ar-Raudhoh Solo Jawa Tengah). Dan masihbanyak lainnya tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Keturunan Nabi Muhammad di Indonesia Dipanggil Habib
(YD1JNI YACHYA YUSLIHA)

Sabtu, 27 Agustus 2022

KISAH NABI AYUB

Nabi Ayub adalah seorang yang sangat penyabar, sehingga kesabarannya dijadikan sebagai peribahasa yang patut diteladani. Doa Nabi Ayub membuat iblis murka. 

Ibnu Katsir dalam tafsirnya pada Surat Al-Anbiya ayat 83-84, mengutip Yazid ibnu Maisarah mengatakan bahwa ketika Allah menimpakan cobaan kepada Ayub as dengan melenyapkan keluarganya, harta benda, dan anak-anaknya, sehingga Ayub tidak memiliki sesuatu pun lagi, Ayub berzikir kepada Allah dengan baik. 

Dalam doanya ia mengatakan, "Aku memuji-Mu, wahai Tuhan semua makhluk. Engkau telah memberiku dengan pemberian yang baik, Engkau telah memberiku harta benda dan anak, sehingga tiada suatu ruang pun dalam kalbuku melainkan disibukkan olehnya. Lalu Engkau mengambil kesemuanya dariku dan Engkau kosongkan hatiku, sehingga tiada sesuatu pun yang menghalang-halangi antara aku dan Engkau (untuk berzikir mengingat-Mu)." 

"Seandainya musuhku si iblis itu mengetahui apa yang aku perbuat, tentulah dia akan dengki kepadaku." Mendengar hal tersebut, maka iblis menjadi marah.

Baca jugaDoa Nabi Ayyub yang Membuat Iblis Jengkel dan Marah 

Yazid ibnu Maisarah melanjutkan kisahnya, bahwa Ayub mengatakan dalam doanya, "Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah memberiku harta dan anak, dan tidak ada seorang manusia pun yang berdiri di hadapan pintu rumahku mengadu tentang kezaliman yang kulakukan terhadapnya." 

Dan Engkau Maha Mengetahui tentang itu. Sesungguhnya telah disediakan bagiku sebuah hamparan untukku, tetapi aku meninggalkannya, dan kukatakan kepada diriku sendiri, "Hai tubuhku, sesungguhnya kamu diciptakan bukan untuk berbaring di atas hamparan (kasur) itu, "aku tinggalkan hal tersebut tiada lain hanyalah semata-mata mengharapkan rida-Mu."

Menurut Ibnu Katsir, kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Telah diriwayatkan pula dari Wahb ibnu Munabbih kisah mengenai Ayub ini dengan panjang lebar, dikemukakan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim berikut sanadnya dari Wahb ibnu Munabbih. Diriwayatkan juga oleh sejumlah ulama tafsir mutaakhkhirin, hanya di dalamnya terkandung hal yang garib (aneh). Kami tidak mengetengahkannya karena kisahnya terlalu panjang.

Kisah ini diangkat Ibnu Katsir dalam menafsirkan Surat Al-Anbiya, ayat 83-84. Allah SWT berfirman:

{وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (83) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ (84) }

dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya, "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QS Al-Anbiya : 83-84)

Baca jugaKesabaran Tak Berbatas, Kisah Nabi Ayyub Ketika Diuji Iblis 

Ibnu Katsir menjelaskan Allah SWT menceritakan tentang Ayub as dan musibah yang menimpanya sebagai cobaan untuk dirinya. Musibah itu menimpa harta benda, anak-anaknya, juga tubuhnya. 

Ayub adalah seorang yang memiliki banyak ternak dan lahan pertanian, ia pun memiliki banyak anak serta tempat-tempat tinggal yang menyenangkan. Maka Allah menguji Ayub dengan menimpakan bencana kepada semua miliknya itu, semuanya lenyap tiada tersisa. 

Kemudian cobaan ditimpakan pula kepada jasad atau tubuh Ayub sendiri. Menurut suatu pendapat, penyakit yang menimpanya adalah penyakit lepra yang mengenai sekujur tubuhnya, sehingga tiada suatu bagian pun dari anggota tubuhnya yang selamat dari penyakit ini, kecuali hati dan lisannya yang selalu berzikir mengingat Allah SWT.

Cobaan ini membuat orang-orang tidak mau sekedudukan dengan Ayub. Maka Ayub tinggal terpencil menyendiri di pinggir kota tempat tinggalnya. Tiada seorang manusia pun yang mau datang kepadanya selain dari istrinya yang bertugas merawatnya dan mengurusi keperluannya.

Menurut suatu pendapat, istri Ayub jatuh miskin, lalu ia bekerja menjadi pelayan bagi orang lain yang hasilnya ia gunakan untuk keperluan suaminya.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda sehubungan dengan masalah cobaan ini:

"أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الصَّالِحُونَ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ"

Orang yang paling keras cobaannya ialah para nabi, kemudian orang-orang saleh, lalu menyusul orang-orang yang utama dan orang-orang yang sebawahnya.

Di dalam hadis lain disebutkan:

"يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى قَدْرِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلَابَةٌ زِيدَ فِي بَلَائِهِ"

Seorang lelaki diuji sesuai dengan kadar agamanya; jika agamanya kuat, maka cobaan yang menimpanya diperkuat pula.

Baca jugaBelajar dari Kisah Nabi Ayyub, Kesabaran Membuahkan Nikmat Berlipat Ganda 

Beda Pendapat
Menurut suatu riwayat, Ayub mengalami cobaan ini dalam masa yang sangat lama. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenai penyebab yang membuat keadaan Ayub sedemikian parahnya.

Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa Ayub as dicoba selama tujuh tahun lebih beberapa bulan dalam keadaan terbaring di tempat pembuangan sampah kaum Bani Israil. Sehingga hewan-hewan berkeliaran menginjak tubuhnya. Lalu Allah membebaskannya dari cobaan itu dan memberinya pahala yang besar serta memujinya dengan pujian yang baik.

Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Ayub as tinggal dalam keadaan dicoba selama tiga tahun, tidak lebih dan tidak kurang.

Sedangkan As-Saddi mengatakan bahwa daging tubuh Ayyub berguguran rontok, sehingga tiada yang tersisa dari tubuhnya selain otot-otot dan tulang-tulangnya. 

Selama itu Ayub dirawat oleh istrinya yang selalu mendatanginya dengan membawa abu. Setelah sakit Ayub cukup lama, istrinya berkata kepadanya, "Hai Ayub, sekiranya kamu berdoa kepada Tuhanmu untuk kesembuhanmu, tentu Dia akan melenyapkan penyakitmu ini." 

Ayub menjawab, "Saya telah menjalani masa hidup selama tujuh puluh tahun dalam keadaan sehat. Masa itu sebentar, maka sudah sepantasnya bagiku bersabar demi karena Allah selama tujuh puluh tahun." Maka istrinya merasa terkejut dan mengeluh mendapat jawaban tersebut, lalu ia pergi.

Istri Ayub bekerja pada orang-orang dengan memperoleh imbalan upah, kemudian ia datang kepada Ayub seraya membawa hasil dari kerjanya, lalu ia memberi makan Ayub.

Baca jugaIstri Nabi Ayyub, Laya Binti Ya'qub: Potret Perempuan yang Baik dan Sabar 

Godaan Iblis
Sesungguhnya iblis pergi menemui dua orang Palestina sahabat karib Ayub, keduanya bersaudara. Ketika iblis telah sampai pada keduanya, iblis mengatakan, "Saudara kamu berdua yang bernama Ayub sedang mengalami cobaan anu dan anu. Maka datanglah kamu berdua kepadanya seraya membesuknya, dan bawalah besertamu minuman ini. Sesungguhnya minuman ini berasal dari khamr negeri kalian; jika dia mau meminumnya, tentulah ia akan sembuh dari penyakitnya."

Kedua orang lelaki itu lalu datang menjenguk Ayub. Ketika keduanya melihat keadaan Ayub, maka keduanya menangis, dan Ayub bertanya, "Siapakah kamu berdua?" 

Keduanya menjawab, "Saya adalah anu dan Fulan." 

Ayub menyambut kedatangan keduanya dan mengatakan, "Marhaban (selamat datang) dengan orang-orang yang tidak menjauhiku saat aku tertimpa cobaan ini." 

Keduanya berkata, "Hai Ayub, barangkali kamu menyembunyikan sesuatu, lalu menampakkan yang lainnya. Oleh karena itu, Allah mengujimu dengan cobaan ini."

Maka Ayub menunjukkan pandangannya ke langit, lalu berkata, "Dia mengetahui saya tidak menyembunyikan sesuatu di balik apa yang saya lahirkan, tetapi Tuhanku sengaja sedang mengujiku untuk Dia lihat apakah saya bersabar ataukah mengeluh (tidak sabar)." 

Lalu keduanya berkata, "Hai Ayub, minumlah khamr yang kami bawa ini, karena sesungguhnya jika kamu meminum sebagian darinya, tentulah kamu akan sembuh."

Ayub marah dan berkata, "Rupanya si busuk (iblis) itu telah datang kepada kalian berdua dan menganjurkan agar menyampaikan ini. Kalian haram berbicara denganku; begitu pula makanan dan minuman kalian haram bagiku." Lalu keduanya pergi meninggalkan Ayub.

Baca jugaPeristiwa Muharram: Allah SWT Sembuhkan Nabi Ayyub setelah 18 Tahun Sakit Parah

YD1JNI 

Para Suami Dianjurkan Berhias untuk Istri, Begini penjelasannya


Para Suami Dianjurkan Berhias untuk Istri, Begini penjelasannya
Bila istri dituntut berdandan oleh suaminya agar ia bisa menikmati keelokannya maka suami hendaknya mengimbangi tuntutannya dengan memperhatikan penampilannya di hadapan istrinya. Foto ilustrasi/ist
Hak menikmati keindahan berhias -nya pasangan antara suami istri adalah sama dan seimbang. Karena itu, tuntutan berhias atau berdandan tidak hanya tertuju bagi kaum perempuan saja, namun termasuk kaum laki-laki juga dituntut melakukannya. Bila istri dituntut berdandan oleh suaminya agar ia bisa menikmati keelokannya maka suami hendaknya mengimbangi tuntutannya dengan memperhatikan penampilannya di hadapan istrinya. 

Begitulah kiranya makna bahwa seorang istri memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya sebagaimana yang ditetapkan oleh Alloh subhanahu wata'ala dalam firman-Nya sebagai berikut :

وَٱلْمُطَلَّقَٰتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ ثَلَٰثَةَ قُرُوٓءٍ ۚ وَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ أَن يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ فِىٓ أَرْحَامِهِنَّ إِن كُنَّ يُؤْمِنَّ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِى ذَٰلِكَ إِنْ أَرَادُوٓا۟ إِصْلَٰحًا ۚ وَلَهُنَّ مِثْلُ ٱلَّذِى عَلَيْهِنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ


"...Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf (QS. Al-Baqarah: 228)

Baca juga: Hikmah Diharamkannya Emas dan Sutera bagi Laki-Laki, Menurut Al-Qardhawi

Ustadz Abu Ammar Al-Ghoyami, pengasuh pondok pesantren Salman al-Farisi Kediri – Jawa Timur dalam sebuah ceramahnya menjelaskan, makna bahwa para istri pun berhak atas berhias -nya suami mereka ialah riwayat yang menyebutkan bahwa sahabat Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu anhu pun berdandan untuk istrinya. 

Riwayat inilah yang dijadikan sebagai salah satu sandaran dalam menafsirkan ayat tersebut di atas oleh para ulama. Selain itu, sebuah riwayat yang menyebutkan perkataan Waqi' dari Basyir bin Sulaiman dari Ikrimah dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu dia berkata: 

"Sungguh aku suka berhias untuk istri sebagaimana aku suka ia berhias untukku sebab Alloh subhanahu wata'ala berfirman : (kemudian beliau menyebutkan firman Alloh di atas). Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir ath-Thobari dan Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya.

Imam al-Qurthubi secara tegas menguatkan penafsiran beliau terhadap ayat tersebut (QS Al Baqarah : 228) seraya berkata, oleh sebab itulah Ibnu Abbas mengatakan, "Sungguh aku pun berhias untuk istriku sebagaimana ia berhias untukku, dan aku tidak suka menuntut seluruh hak-hakku dari istriku sehingga mengharuskan aku untuk memenuhi seluruh hak-haknya juga, yang demikian itu sebab Alloh subhanahu wata'ala berfirman: (kemudian beliau menyebutkan firman Allah di atas), maknanya berhias yang tidak sampai berbuat dosa.

Baca juga: Kriteria Memilih Pasangan dalam Islam, Ini yang Harus Dilakukan Muslimah

Hikmah Suami Berdandan

Sudah kita maklumi bahwa setiap kita dituntut agar menunaikan seluruh kewajiban secara baik dan menyeluruh, tentu termasuk di dalamnya adalah hak berdandan. Sebab itu semua termasuk bentuk pergaulan suami istri yang baik. Artinya, dengan berdandan berarti suami istri telah saling mempergauli sesama pasangannya dengan baik.

Imam al-Qurthubi setelah menyebutkan hikmah berdandan sebagai bentuk pergaulan pasutri yang baik, lalu beliau menyebutkan sebuah riwayat bahwa Yahya bin Abdurrohman al-Hanzholi berkata: "Aku mendatangi Muhammad bin al-Hanafiyah kemudian ia pun keluar menemuiku dengan mengenakan baju mantel merah sementara jenggotnya meneteskan minyak wangi. Lalu aku pun berkata kepadanya, "Apa-apaan ini? Ia menjawab, "Baju mantel ini ialah baju yang telah istriku pilihkan untuk aku kenakan, ia juga yang telah melumuriku dengan minyak wangi ini. Sungguh para istri sangat menyukai apa yang ada pada kita sebagaimana kita sangat menyukai sesuatu yang ada pada mereka."

Itulah sebagian teladan bagi para pasutri, bagaimana seharusnya mereka memulai menciptakan keharmonisan hidup berumah tangga. Dalam hal berdandan sangat ditekankan adanya saling pengertian. Hendaknya istri memilihkan sesuatu yang baik buat suami, dan sebaliknya suami memilihkan sesuatu yang baik untuk dikenakan oleh istrinya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa bila istri berdandan untuk suami akan membuahkan kedekatan yang makin menguatkan cinta kasih, maka tatkala suami berdandan buat istrinya tentu akan membuahkan hal yang serupa atau bahkan lebih dari itu.

Coba perhatikan tatkala sebagian pasutri mengenyampingkan masalah ini. Di saat suami bersama istri dia berpenampilan ala kadarnya, demikian pula suami, sehingga masing-masing dari suami istri melihat dengan pandangan matanya sesuatu yang kurang atau bahkan sama sekali tidak ia sukai pada pasangannya.

Dalam keadaan demikian sangat memungkinkan timbulnya sikap saling menjauh, “Kalau bukan berpaling“ dan pergaulan pun terasa hambar tanpa cinta kasih, tanpa keharmonisan dan keselarasan. Inilah yang harus dihindari.

Baca juga: Nasehat Penting untuk Kaum Muslimah agar Selamat Dunia Akhirat

Wallahu A'lam
(wid)