Mengapa Hari Jumat (الجُمُعَةِ) begitu diagungkan dalam Islam? Apa sebenarnya alasan yang menjadikan hari tersebut lebih istimewa dari hari lainnya. Yuk simak penjelasan berikut.
Dalam buku "Rahasia Dibalik Tujuh Nama Hari" karya Abi Nasrun Muhammad bin Abdurrahman Al-Hamdany menerangkan, Allah memberikan keistimewaan kepada manusia dengan akal pikiran supaya mereka dapat mengambil hikmah di balik sebuah peristiwa. Begitu pula dengan tujuh nama hari.
Semua tentu mengenal nama-nama hari dalam satu minggu, namun tidak semua orang tahu rahasia apa yang terdapat dalam tujuh nama nama hari tersebut.
Dalam Islam angka 7 (tujuh) adalah angka yang istimewa. Hal ini bukan tanpa alasan. Al-Qur'an menerangkan bahwa Allah menciptakan langit dengan tujuh lapis (tingkatan). (QS An-Naba' ayat 12)
Begitu juga Allah menciptakan tujuh lautan (samudera). (QS Luqman ayat 27). Allah juga menciptakan 7 tingkatan neraka. (Al-Hijr ayat 44). Allah juga menghiasi Al-Qur'an dengan 7 ayat yang diulang-ulang yang terdapat dalam Surat Al-Fatihah.
Begitu juga dengan jumlah hari dalam seminggu ada 7 (tujuh). Dalam Islam, ketujuh hari ini dikenal dengan nama:
1. Ahad (الأَحَدُ) Al-Ahad bermakna satu (Hari Pertama)
2. Senin (الإثْنَيْنِ) Al-Itsnain bermakna dua (Hari Kedua)
3. Selasa (الثُّلَاثَاءُ) Al-Tsulasa bermkna tiga (Hari Ketiga)
4. Rabu (الأَرْبِعَاءُ) Al-Arbi'aa bermakna empat (Hari Keempat)
5. Kamis (الخَمِيْسُ) Al-Khomis bermakna lima (Hari Kelima)
6. Jumat (الجُمُعَةُ) Al-Jumu'ah bermakna beramai-ramai/berkumpul (Hari Keenam)
7. Sabtu (السَّبْتُ) As-Sabtu bermakna tujuh (Hari Ketujuh).
Dalam seminggu, Jumat adalah hari keenam. Namun Allah menjadikannya sebagai penghulu (raja) dari semua hari atau disebut Sayyidul Ayyam.
Menurut Abi Nasrun Muhammad bin Abdurrahman Al-Hamdany, Allah memuliakan tujuh hari tersebut kepada tujuh Nabi pilihan-Nya. Misalnya, Allah memuliakan Nabi Musa 'alaihissalm (AS) dengan hari Sabtu. Allah memuliakan Nabi Isa dengan hari Ahad (Minggu). Allah memuliakan Nabi Daud dengan hari Senin. Allah memuliakan Nabi Sulaiman dengan hari Selasa. Allah memuliakan Nabi Ya'qub dengan hari Rabu. Allah memuliakan Nabi Adam dengan hari Kamis.
Dan Allah memuliakan Nabi Muhammad SAW dan umatnya dengan hari Jumat. Keistimewaan hari Jumat ini juga menjadi salah satu nama surat dalam Al-Qur'an yaitu Surat Jumu'ah, surat ke-62 terdiri dari 11 ayat. Surat ini menjadi dasar hukum pelaksanaan sholat Jumat bagi umat Islam.
Kata Jumat sendiri diambil dari Bahasa Arab yang artinya beramai-ramai. Jumu'ahmemiliki akar sama dengan Jama' yang berarti banyak dan juga Jima' yang artinya bergabung. Jumat menjadi hari yang agung dalam Islam karena Allah Ta'ala mengagungkan hari tersebut.
Beberapa Dalil Kemuliaan Hari Jumat
Beberapa dalil yang menjadi alasan agungnya Hari Jumat. Imam Asy-Syafi'i dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Sa'ad bin 'Ubadah:
سَيِّدُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ أَعْظَمُ مِنْ يَوْمِ النَّحَرِ وَيَوْمُ الْفِطْرِ وَفِيْهِ خَمْسُ خِصَالٍ فِيْهِ خَلَقَ اللهُ آدَمَ وَفِيْهِ أُهْبِطَ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَى الْأَرْضِ وَفِيْهِ تُوُفِّيَ وَفِيْهِ سَاعَةٌ لَا يَسْأَلُ الْعَبْدُ فِيْهَا اللهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ إِثْمًا أَوْ قَطِيْعَةَ رَحِمٍ وَفِيْهِ تَقُوْمُ السَّاعَةُ وَمَا مِنْ مَلَكٍ مُقّرَّبٍ وَلَا سَمَاءٍ وَلَا أَرْضٍ وَلَا رِيْحٍ وَلَا جَبَلٍ وَلَا حَجَرٍ إِلَّا وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ
Artinya: "Rajanya hari di sisi Allah adalah hari Jumat. Ia lebih agung daripada hari raya kurban dan hari Idul Fitri. Di dalam Jumat terdapat lima keutamaan. Pada hari Jumat Allah menciptakan Nabi Adam dan mengeluarkannya dari surga ke bumi. Pada hari Jumat pula Nabi Adam wafat. Di dalam hari Jumat terdapat waktu yang tiada seorang hamba meminta sesuatu di dalamnya kecuali Allah mengabulkan permintaannya, selama tidak meminta dosa atau memutus tali silaturahim. Hari kiamat juga terjadi di hari Jumat. Tiada Malaikat yang didekatkan di sisi Allah, langit, bumi, angin, gunung dan batu kecuali ia khawatir terjadinya kiamat saat hari Jumat."
Kemudian Syaikh Ihsan bin Dakhlan dalam Manahij al-Imdad menjelaskan sebagai berikut:
أَيْ يَخْلُقُ اللهُ تَعَالَى لَهَا إِدْرَاكًا لِمَا يَقَعُ فِيْ ذَلِكَ الْيَوْمِ فَتَخَافُ...الى ان قال....وَالسِّرُّ فِيْ ذَلِكَ أَنَّ السَّاعَةَ كَمَا تَقَدَّمَ تَقُوْمُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ بَيْنَ الصُّبْحِ وَطُلُوْعِ الشَّمْسِ فَمَا مِنْ دَابَّةٍ اِلَّا وَهِيَ مُشْفِقَةٌ مِنْ قِيَامِهَا فِيْ صَبَاحِ هَذَا الْيَوْمِ فَإِذَا أَصْبَحْنَ حَمِدْنَ اللهَ تَعَالَى وَسَلَّمْنَ عَلَى بَعْضِهِنَّ وَقُلْنَ يَوْمٌ صَالِحٌ حَيْثُ لَمْ تَقُمْ فِيْهَا السَّاعَةُ
Artinya: "Allah menciptakan kepada makhuk-makhluk tidak bernyawa ini pengetahuan tentang hal-hal yang terjadi pada hari Jumat tersebut. Rahasia dari kekhawatiran mereka adalah bahwa hari kiamat sebagaimana telah dijelaskan terjadi pada hari Jumat di antara waktu Subuh dan terbitnya matahari. Maka tidaklah binatang-binatang kecuali khawatir akan datangnya hari kiamat pada pagi hari Jumat ini. Saat pagi hari tiba, mereka memuji kepada Allah dan memberi ucapan selamat satu sama lain, mereka mengatakan; ini hari baik. Kiamat tidak terjadi pada pagi hari ini." (Manahij al-Imdad Syarh Irsyad al-'Ibad, juz.1, hal 286)
Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi meriwayatkan satu Hadis dari Abdillah bin 'Amr bin al-'Ash:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
Artinya: "Tiada seorang muslim yang mati di hari atau malam Jumat, kecuali Allah menjaganya dari fitnah kubur."
Jumat menjadi hari raya bagi umat Islam yang dengannya Allah menghapus dosa-dosa umat Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda:
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ
Artinya: "Barangsiapa berwudhu kemudian memperbaiki wudlunya, lantas berangkat Jumat, dekat dengan Imam dan mendengarkan khutbahnya, maka dosanya di antara hari tersebut dan Jumat berikutnya ditambah tiga hari diampuni." (HR Muslim)
Itulah sederet alasan mengapa Jumat sangat istimewa dan diagungkan dalam Islam. Karena itu muliakanlah hari ini dengan memperbanyak ibadah, maka Allah akan mencurahkan keberkahan dan rahmat-Nya.
Dalam buku "Rahasia Dibalik Tujuh Nama Hari" karya Abi Nasrun Muhammad bin Abdurrahman Al-Hamdany menerangkan, Allah memberikan keistimewaan kepada manusia dengan akal pikiran supaya mereka dapat mengambil hikmah di balik sebuah peristiwa. Begitu pula dengan tujuh nama hari.
Semua tentu mengenal nama-nama hari dalam satu minggu, namun tidak semua orang tahu rahasia apa yang terdapat dalam tujuh nama nama hari tersebut.
Dalam Islam angka 7 (tujuh) adalah angka yang istimewa. Hal ini bukan tanpa alasan. Al-Qur'an menerangkan bahwa Allah menciptakan langit dengan tujuh lapis (tingkatan). (QS An-Naba' ayat 12)
Begitu juga Allah menciptakan tujuh lautan (samudera). (QS Luqman ayat 27). Allah juga menciptakan 7 tingkatan neraka. (Al-Hijr ayat 44). Allah juga menghiasi Al-Qur'an dengan 7 ayat yang diulang-ulang yang terdapat dalam Surat Al-Fatihah.
Begitu juga dengan jumlah hari dalam seminggu ada 7 (tujuh). Dalam Islam, ketujuh hari ini dikenal dengan nama:
1. Ahad (الأَحَدُ) Al-Ahad bermakna satu (Hari Pertama)
2. Senin (الإثْنَيْنِ) Al-Itsnain bermakna dua (Hari Kedua)
3. Selasa (الثُّلَاثَاءُ) Al-Tsulasa bermkna tiga (Hari Ketiga)
4. Rabu (الأَرْبِعَاءُ) Al-Arbi'aa bermakna empat (Hari Keempat)
5. Kamis (الخَمِيْسُ) Al-Khomis bermakna lima (Hari Kelima)
6. Jumat (الجُمُعَةُ) Al-Jumu'ah bermakna beramai-ramai/berkumpul (Hari Keenam)
7. Sabtu (السَّبْتُ) As-Sabtu bermakna tujuh (Hari Ketujuh).
Dalam seminggu, Jumat adalah hari keenam. Namun Allah menjadikannya sebagai penghulu (raja) dari semua hari atau disebut Sayyidul Ayyam.
Menurut Abi Nasrun Muhammad bin Abdurrahman Al-Hamdany, Allah memuliakan tujuh hari tersebut kepada tujuh Nabi pilihan-Nya. Misalnya, Allah memuliakan Nabi Musa 'alaihissalm (AS) dengan hari Sabtu. Allah memuliakan Nabi Isa dengan hari Ahad (Minggu). Allah memuliakan Nabi Daud dengan hari Senin. Allah memuliakan Nabi Sulaiman dengan hari Selasa. Allah memuliakan Nabi Ya'qub dengan hari Rabu. Allah memuliakan Nabi Adam dengan hari Kamis.
Dan Allah memuliakan Nabi Muhammad SAW dan umatnya dengan hari Jumat. Keistimewaan hari Jumat ini juga menjadi salah satu nama surat dalam Al-Qur'an yaitu Surat Jumu'ah, surat ke-62 terdiri dari 11 ayat. Surat ini menjadi dasar hukum pelaksanaan sholat Jumat bagi umat Islam.
Kata Jumat sendiri diambil dari Bahasa Arab yang artinya beramai-ramai. Jumu'ahmemiliki akar sama dengan Jama' yang berarti banyak dan juga Jima' yang artinya bergabung. Jumat menjadi hari yang agung dalam Islam karena Allah Ta'ala mengagungkan hari tersebut.
Beberapa Dalil Kemuliaan Hari Jumat
Beberapa dalil yang menjadi alasan agungnya Hari Jumat. Imam Asy-Syafi'i dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Sa'ad bin 'Ubadah:
سَيِّدُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ أَعْظَمُ مِنْ يَوْمِ النَّحَرِ وَيَوْمُ الْفِطْرِ وَفِيْهِ خَمْسُ خِصَالٍ فِيْهِ خَلَقَ اللهُ آدَمَ وَفِيْهِ أُهْبِطَ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَى الْأَرْضِ وَفِيْهِ تُوُفِّيَ وَفِيْهِ سَاعَةٌ لَا يَسْأَلُ الْعَبْدُ فِيْهَا اللهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ إِثْمًا أَوْ قَطِيْعَةَ رَحِمٍ وَفِيْهِ تَقُوْمُ السَّاعَةُ وَمَا مِنْ مَلَكٍ مُقّرَّبٍ وَلَا سَمَاءٍ وَلَا أَرْضٍ وَلَا رِيْحٍ وَلَا جَبَلٍ وَلَا حَجَرٍ إِلَّا وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ
Artinya: "Rajanya hari di sisi Allah adalah hari Jumat. Ia lebih agung daripada hari raya kurban dan hari Idul Fitri. Di dalam Jumat terdapat lima keutamaan. Pada hari Jumat Allah menciptakan Nabi Adam dan mengeluarkannya dari surga ke bumi. Pada hari Jumat pula Nabi Adam wafat. Di dalam hari Jumat terdapat waktu yang tiada seorang hamba meminta sesuatu di dalamnya kecuali Allah mengabulkan permintaannya, selama tidak meminta dosa atau memutus tali silaturahim. Hari kiamat juga terjadi di hari Jumat. Tiada Malaikat yang didekatkan di sisi Allah, langit, bumi, angin, gunung dan batu kecuali ia khawatir terjadinya kiamat saat hari Jumat."
Kemudian Syaikh Ihsan bin Dakhlan dalam Manahij al-Imdad menjelaskan sebagai berikut:
أَيْ يَخْلُقُ اللهُ تَعَالَى لَهَا إِدْرَاكًا لِمَا يَقَعُ فِيْ ذَلِكَ الْيَوْمِ فَتَخَافُ...الى ان قال....وَالسِّرُّ فِيْ ذَلِكَ أَنَّ السَّاعَةَ كَمَا تَقَدَّمَ تَقُوْمُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ بَيْنَ الصُّبْحِ وَطُلُوْعِ الشَّمْسِ فَمَا مِنْ دَابَّةٍ اِلَّا وَهِيَ مُشْفِقَةٌ مِنْ قِيَامِهَا فِيْ صَبَاحِ هَذَا الْيَوْمِ فَإِذَا أَصْبَحْنَ حَمِدْنَ اللهَ تَعَالَى وَسَلَّمْنَ عَلَى بَعْضِهِنَّ وَقُلْنَ يَوْمٌ صَالِحٌ حَيْثُ لَمْ تَقُمْ فِيْهَا السَّاعَةُ
Artinya: "Allah menciptakan kepada makhuk-makhluk tidak bernyawa ini pengetahuan tentang hal-hal yang terjadi pada hari Jumat tersebut. Rahasia dari kekhawatiran mereka adalah bahwa hari kiamat sebagaimana telah dijelaskan terjadi pada hari Jumat di antara waktu Subuh dan terbitnya matahari. Maka tidaklah binatang-binatang kecuali khawatir akan datangnya hari kiamat pada pagi hari Jumat ini. Saat pagi hari tiba, mereka memuji kepada Allah dan memberi ucapan selamat satu sama lain, mereka mengatakan; ini hari baik. Kiamat tidak terjadi pada pagi hari ini." (Manahij al-Imdad Syarh Irsyad al-'Ibad, juz.1, hal 286)
Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi meriwayatkan satu Hadis dari Abdillah bin 'Amr bin al-'Ash:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
Artinya: "Tiada seorang muslim yang mati di hari atau malam Jumat, kecuali Allah menjaganya dari fitnah kubur."
Jumat menjadi hari raya bagi umat Islam yang dengannya Allah menghapus dosa-dosa umat Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda:
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ
Artinya: "Barangsiapa berwudhu kemudian memperbaiki wudlunya, lantas berangkat Jumat, dekat dengan Imam dan mendengarkan khutbahnya, maka dosanya di antara hari tersebut dan Jumat berikutnya ditambah tiga hari diampuni." (HR Muslim)
Itulah sederet alasan mengapa Jumat sangat istimewa dan diagungkan dalam Islam. Karena itu muliakanlah hari ini dengan memperbanyak ibadah, maka Allah akan mencurahkan keberkahan dan rahmat-Nya.
(Ustadz Yachya Yusliha)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar